SIFAT-SIFAT FISIK LARUTAN DAN KOLOID
BAB 1. SIFAT-SIFAT FISIK LARUTAN DAN KOLOID
Tujuan Instruksional Umum (TIU):
Mahasiswa mampu menjelaskan beberapa konsep-konsep dasar ilmu kimia.
(Gambar 1.1 adalah struktur 3-dimensi molekul glukosa dan segmen dimer selulosa, salah satu contoh zat terlarut).
Mahasiswa mampu menjelaskan beberapa konsep-konsep dasar ilmu kimia.
(Gambar 1.1 adalah struktur 3-dimensi molekul glukosa dan segmen dimer selulosa, salah satu contoh zat terlarut).
Tujuan Instruksional Khusus (TIK):
Bila mahasiswa diberikan suatu zat atau campuran dua atau lebih zat maka mahasiswa mampu menjelaskan kelarutan, jenis dan sifat campurannya.
Bila mahasiswa diberikan suatu zat atau campuran dua atau lebih zat maka mahasiswa mampu menjelaskan kelarutan, jenis dan sifat campurannya.
1.1 Pendahuluan
Mengapa perlu mempelajari sifat-sifat fisik larutan dan
koloid? Umumnya reaksi kimia terjadi dalam larutan, antara ion atau molekul
yang terlarut dalam air atau pelarut lain. Selain itu, pemanfaatan suatu zat
tidak selalu dalam keadaan murni tetapi dilarutkan ke dalam zat lain. Atau
ketika memanfaatkan suatu zat maka zat tersebut harus berada dalam media lain
atau media dimana zat lain berada. Oleh karena itu sebelum zat dimanfaatkan
atau bereaksi dengan zat lain maka perlu dipahami lebih dahulu: (a)
sifat-sifat makroskopik keadaan murni masing-masing zat pembentuk
larutan, dan (b) apa yang terjadi bila masing-masing zat pembentuk larutan
tersebut yang disebut zat terlarut dan pelarut dicampurkan.
Mengapa zat dapat bercampur atau berada dalam zat
lain? Atau mengapa zat yang disebut zat terlarut dapat larut
di dalam zat lain yang disebut pelarut? Salah satu konsep dasar
yang penting untuk memahami ini adalah adanya gaya-gaya atau energi interaksi
antarmolekul antara zat terlarut dan pelarut. Salah satu hukum yang menjelaskan
gaya-gaya interaksi antarmolekul adalah potensial Lennard-Jones(1).
Hasil pencampuran dapat mempengaruhi sifat-sifat zat murni seperti kelarutan,
titik didih, dan titik leleh.
Salah satu zat yang banyak digunakan sebagai pelarut
adalah air. Air mempunyai kemampuan melarutkan berbagai jenis zat menghasilkan
suatu campuran homogen. Pada campuran homogen yang melibatkan air, air disebut
sebagai pelarut. Air mempunyai rumus molekul H2O dengan massa molekul 18 g/mol
dan kerapatan 1 g/mL atau 1000 g/L. Jadi konsentrasi molar air murni adalah
55,6 mol/L. Konsentrasi molar zat yang dilarutkan dalam air adalah pada orde
10-6-10 molar. Jadi konsentrasi molar zat yang dilarutkan jauh lebih rendah dan
disebut dengan zat terlarut.
Bagaimana air dapat melarutkan zat terlarut?
Berdasarkan struktur Lewis molekul H2O, atom oksigen adalah
sebagai pusat dan mempunyai geometri tetrahedral terhadap pasangan elektron
valensi. Jadi molekul air akhirnya mempunyai struktur geometri bengkok, yang
juga didukung dengan teori VSEPR (Valence Shell Electron Pair
Repulsion). Oksigen dengan skala keelektronegatifan 3,5 adalah lebih
elektronegatip dibandingkan dengan hidrogen dengan skala keelektronegatifan 2,1
menghasilkan ikatan O-H sebagai ikatan kovalen polar. Berdasarkan ikatan
kovalen polar pada O-H dan geometri molekul H2O yang bengkok akan menghasilkan
molekul air dengan momen dipol total adalah polar. Jadi, H2O dapat melakukan
berbagai jenis interaksi non-kovalen berikut: (a) gaya-gaya
dispersi London, (b) interaksi dipol-dipol, (c) interaksi ion-dipol dengan
ion-ion, dan (d) ikatan hidrogen.
Berdasarkan struktur Lewis dan geometrinya, air adalah
suatu dipol sehingga dapat melakukan interaksi ion-dipol. Molekul-molekul air
akan berada disekitar suatu ion dan mengarahkan muatan parsial dipol air ke
arah muatan yang berlawanan. Molekul-molekul air akan memisahkan, mengelilingi
dan mendispersi ion-ion dari suatu padatan ionik. Meskipun air adalah
penghantar listrik yang lemah, ion-ion yang terlarut dalam larutan air dapat
menghantarkan listrik. Larutan ionik dalam air disebut elektrolit. Suatu
larutan elektrolit (larutan ion) dapat digambarkan dengan konsentrasi senyawa
ionik yang terlarut atau konsentrasi komponen anion dan kation.
Bila senyawa molekular terlarut dalam air maka
interaksi molekul dengan H2O tidak akan memutus ikatan kovalen apapun. Jadi,
kemampuan air melarutkan suatu senyawa molekular didasarkan pada interaksi
non-kovalen antara H2O dengan senyawa molekular. Misalnya bila metanol, CH3OH,
bercampur dengan air, H2O, maka H2O dapat membentuk ikatan hidrogen dengan
gugus alkohol, O-H, dari metanol. Dan dalam hal ini molekul air dapat
memisahkan, mengelilingi dan mendispersi molekul metanol.
Senyawa ionik terlarut dalam air dapat dikelompokkan
menjadi elektrolit kuat dan lemah. Beberapa senyawa dalam larutan air terdissosiasi
sempurna menjadi ion-ion. Ini dapat terjadi pada kebanyakan senyawa ionik, dan
beberapa senyawa molekular seperti H-Cl. Senyawa lain hanya mempunyai sedikit
kecenderungan terionisasi dalam larutan air. Dengan kata lain, hanya beberapa
molekul dalam larutan akan terionisasi, dan kebanyakan molekul akan tetap
sebagai senyawa netral, meskipun senyawa tersebut larut sempurna dalam air.
Senyawa yang terionisasi sempurna disebut elektrolit kuat. Senyawa yang
terionisasi hanya sebagian disebut elektrolit lemah. Contoh senyawa elektrolit
kuat adalah HCl dan elektrolit lemah adalah asam asetat, CH3COOH.
Uraian tambahan 1:
Struktur geometri molekul, yang telah dibahas pada
Kimia Dasar I, sangat penting untuk menentukan kepolaran suatu molekul. Molekul
dapat membentuk berbagai jenis struktur, dan salah satu diantaranya adalah yang
paling stabil, misalnyaglukosa, tabel 1.1. Berikut adalah struktur
geometri molekul H2O, gambar 1.2, dan interaksi antarmolekul H2O, gambar 1.3,
yang diperoleh dengan pemodelan perhitungan komputasi (1):
Uraian tambahan 2:
Berikut adalah struktur geometri molekul NH3, gambar 1.3, dan interaksi antarmolekul antar NH3, gambar 1.5, yang diperoleh dengan pemodelan perhitungan komputasi (1):
Berikut adalah struktur geometri molekul NH3, gambar 1.3, dan interaksi antarmolekul antar NH3, gambar 1.5, yang diperoleh dengan pemodelan perhitungan komputasi (1):
Uraian tambahan 3:
Berikut adalah struktur geometri segmen polimer selulosa, gambar 1.6, kitin, gambar 1.7, dan kitosan, gambar 1.8, yang diperoleh dengan pemodelan perhitungan komputasi (2-8):
Berikut adalah struktur geometri segmen polimer selulosa, gambar 1.6, kitin, gambar 1.7, dan kitosan, gambar 1.8, yang diperoleh dengan pemodelan perhitungan komputasi (2-8):
Tabel 1.1. Beberapa kemungkinan struktur geometri
molekul glukosa(1)
Uraian di atas adalah deskripsi singkat tentang
molekul dan interaksi antarmolekul yang menjadi landasan terjadinya larutan
dengan sifat-sifat fisik yang dihasilkannya. Sifat-sifat larutan pada tingkat
molekul sangat sukar diukur sehingga harus diukur pada tingkat makroskopik
atau “bulk”. Oleh karena itu pembahasan sifat-sifat fisik larutan akan
diawali dari sifat-sifat fisik makroskopik zat dalam keadaan murni.
Zat dapat berada dalam keadaan murni dan campuran.
Sifat-sifat fisik yang dipelajari dari zat dalam keadaan murni adalah
berhubungan dengan fasanya meliputi: (a) fasa gas, (b) fasa
cair, dan (c) fasa padat. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari
atau di laboratorium jarang terdapat zat dalam keadaan murni, tetapi biasanya
merupakan campuran dari beberapa jenis zat.
Sifat fisik campuran berbeda dari komponen murninya,
dan dapat lebih menguntungkan dari pada keadaan murninya. Contohnya baja,
adalah campuran besi dan unsur lain seperti karbon dan logam-logam lain, bila
dicampur dengan perbandingan tertentu mempunyai sifat-fisik lebih baik dari
besi, seperti sifat-sifat: (a) kekerasan, dan (b) kekuatan.
Terdapat beberapa jenis campuran yang dapat terjadi
dan ukuran partikel (ingat: saat ini sedang berkembang material dengan ukuran
partikel nano meter) mempunyai pengaruh pada sifat-sifat campuran. Salah satu
dari jenis campuran itu adalah larutan dengan salah satu kegunaan adalah
sebagai medium melakukan reaksi kimia.
Komponen paling banyak dari larutan disebut pelarut,
dan komponen lebih sedikit disebut zat terlarut. Zat terlarut dapat
mempengaruhi sifat-fisik pelarut. Fenomena pengaruh zat terlarut dalam larutan
sangat bermanfaat di laboratorium seperti: (a) penentuan massa molekul, (b)
penyulingan minyak, dan (c) desalinasi (penghilangan garam) air laut.
1.2 Jenis-Jenis Campuran
Zat murni A dapat dibedakan dari zat murni B atau C
berdasarkan komposisi penyusunnya yang konstan (hanya tersusun dari zat itu
sendiri), tetapi tidak demikian dengan campuran. Untuk membedakan berbagai
jenis campuran digunakan ukuran partikel, dan dapat dikelompokkan menjadi tiga
bagian yaitu: (a) suspensi, (b) koloid, dan (c) larutan.
Pada suspensi setidaknya satu
komponan mempunyai ukuran partikel relatif lebih besar dan terdistribusi dalam partikel
lainnya. Contohnya adalah: (a) pasir halus dalam air, (b) asap di udara, dan
(c) endapan dalam campuran reaksi. Pada semua contoh di atas ukuran partikal
cukup besar sehingga dapat dilihat apakah dengan mata telanjang atau dengan
mikroskop. Bila suspensi tidak digoyang, atau dibiarkan, maka partikel
tersuspensi akan mengendap karena pengaruh gravitasi, meskipun kecepatan
pengendapan tergantung pada ukuran partikel. Contohnya, pasir kasar (ukuran
partikel lebih besar) akan lebih cepat mengendap dibandingkan dengan lumpur
halus.
Di laboratorium, endapan tersuspensi dapat dipisahkan
dari campuran reaksi dangan metoda filtrasi yaitu dengan melewatkannya melalui
filter atau penyaring. Sering juga hanya dengan memanfaatkan kecenderungan
suspensi mengendap dibawah pengaruh gravitasi, dan proses ini dapat dibantu
dengan menggunakan sentrifuge. Pada sentrifuge, campuran diputar dengan cepat,
dan akan menghasilkan gaya sentrifugal (gaya keluar) yang merupakan gravitasi
tambahan sebagai penggerak endapan ke dasar tabung sentrifuge. Sifat fisik
suspensi (atau suspensi padat dalam cairan) seperti titik beku dan tekanan uap
tidak banyak dipengaruhi atau mengalami perubahan oleh partikel tersuspensi
(berbeda dengan dalam larutan). Jadi, misalnya titik beku air yang mengandung
lumpur tetap pada O°C, sama seperti air murni, tetapi air yang mengandung garam
NaCl (membentuk larutan dan bukan suspensi) akan membeku di bawah 0oC (disebut
penurunan titik beku).
Pada larutan, ukuran partikel pelarut dan
zat terlarut adalah pada dimensi atau sebesar molekul tunggal atau ion. Jadi,
molekul-molekul tidak bergabung membentuk partikel yang lebih besar. Partikel
terdistribusi satu sama lain secara serba sama (uniform) menghasilkan fasa
homogen. Distribusi uniform menyebabkan sifat fisik larutan menjadi berbeda
dari pelarutnya. Misalnya, air membeku pada 0oC, tetapi dengan penambahan NaCl,
larutan NaCl akan membeku pada kurang dari 0oC. Perubahan sifat fisik yang
besar antara pelarut dan larutan menyebabkan larutan lebih banyak dipelajari
dari pada suspensi.
Selain suspensi dan larutan terdapat jenis campuran
ketiga yaitu koloid. Koloid, juga disebut dispersi koloid atau
suspensi koloid, adalah suatu campuran peralihan antara larutan dan suspensi,
tabel 1.2.
Tabel 1.2. Perbandingan antara larutan, koloid, dan
suspensi
LARUTAN
|
KOLOID
|
SUSPENSI
|
Ukuran partikel: tidak terlihat dengan mata
telanjang
|
Ukuran partikel (solute-like):tidak terlihat
dengan mata telanjang (1-1000 nm)
|
Ukuran partikel: tidak terlihat dengan mata
telanjang atau mikroskop
|
Salah satu contoh koloid adalah susu yang
dihomogenkan. Koloid ini terdiri atas tetesan butterfat dengan ukuran sangat
kecil dan terdispersi dalam fasa air. Koloid susu juga mengandung kasein
(protein) dan sedikit ingredient (zat lain). Pada koloid seperti susu, ukuran
partikel terlarut (solute-like) lebih besar dibandingkan dengan larutan tetapi
lebih kecil dibandingkan dengan suspensi. Berdasarkan perbandingan ukuran
partikel, koloid adalah dimensi partikel medium, sehingga dalam koloid tidak
digunakan istilah pelarut dan zat terlarut tetapi istilah medium
pendispersi dan fasa terdispersi. Jadi, dapat dikatakan bahwa
(a) ukuran pertikel koloid adalah 1 – 1000 nm, (b) partikel koloid biasanya
merupakan kumpulan molekul atau ion, dan (c) terdapat pertikel tunggal seukuran
koloid seperti protein.
Zat terlarut bila bertumbukan dapat bergabung
menghasilkan partikel dengan ukuran yang lebih besar dan menghasilkan endapan.
Pada suspensi bila partikel bertumbukan memerlukan waktu relatif lebih singkat
untuk mengendap. Pada koloid, dengan ukuran pertikel lebih besar dari larutan,
dapat tersuspensi dalam waktu yang cukup lama dalam medium pendispersi sehingga
sukar dihasilkan endapan. Dengan demikian, satu sifat umum koloid adalah tidak
mudah dipisahkan oleh pengaruh gravitasi, sehingga ada istilah kestabilan
koloid. Sama seperti suspensi, jumlah relatif partikel koloid dalam campuran
adalah kecil dibandingkan dengan jumlah medium pendispersi. Oleh karena itu
sifat fisik koloid tidak jauh berbeda dengan medium pendispersi.
Jenis-jenis koloid dibedakan berdasarkan wujud fasa
terdispersi dan wujud medium pendispersi. Ada 3 wujud zat sehingga ada 9 jenis
koloid. Tetapi semua gas bercampur secara uniform dengan gas lain, sehingga
jenis koloid yang ada adalah 8. Partikel koloid terlalu kecil sehingga tidak
dapat dilihat oleh mata telanjang atau mikroskop biasa. Partikel koloid dapat
menghamburkan cahaya datang dengan sudut hambur besar, dan bila konsentrasi
besar maka cahaya tidak dapat menembusnya.
Cahaya yang dilewatkan pada koloid dapat diserap dan
dihamburkan oleh partikel. Bila agak pekat maka koloid tampak seperti awan dan
jika sangat encer akan tampak transfaran. Contoh koloid transfaran adalah
dispersi koloid kanji encer dalam air. Perbedaan antara koloid dapat dipelajari
dengan cara melewatkan cahaya. Pada koloid, jalannya sinar dapat terlihat
karena cahaya dihamburkan, dan fenomena ini disebut efek Tyndall. Pada larutan,
partikel zat terlarut terlalu kecil sehingga tidak dapat menghamburkan cahaya,
oleh karena itu tidak dapat menunjukkan efek Tyndall.
1.3 Tekanan Uap Larutan
Efek pembuatan suatu larutan pada sifat kimia
komponen-komponennya adalah kecil. Contohnya, Na akan bereaksi dengan air
menghasilkan Na+ bila dimasukkan ke dalam larutan, dan akan memberikan hasil
yang sama bila Na dimasukkan ke dalam air destilasi. Tetapi sifat fisik zat
sering berubah bila menjadi bagian dari larutan. Contohnya, air akan membeku
dan dapat meretakkan blok mesin mobil bila t=0°C, tetapi air yang sama tidak
akan membeku pada t=0°C bila ke dalamnya ditambahkan etilen glikol, yang
disebut zat anti beku.
Salah satu sifat fisik larutan yang dapat dipengaruhi
oleh zat terlarut adalah tekanan uap. Jika zat terlarut adalah non-volatile
(zat yang tidak mudah menguap) maka tekanan uap pelarut turun. Jika zat
terlarut dikeluarkan maka tekanan kesetimbangan yang disebabkan olen uap
pelarut, Plarutan, berbanding lurus dengan fraksi mol pelarut, Xpelarut, gambar
1.9, dan dikenal dengan hukum Raoult:
dengan P°pelarut adalah tekanan uap pelarut murni.
dengan P°pelarut adalah tekanan uap pelarut murni.
Contoh 1:
Suatu larutan mengandung 95% air dan 5% gula, tentukan tekanan uap larutan. Tekanan uap air adalah 1 atm.
Penyelesaian:
Berdasarkan komposisi larutan maka fraksi mol pelarut, Xpelarut = 0,95. Pada temperatur dimana tekanan uap air adalah l atm, tekanan larutan di atas adalah,
P larutan = 0,95 x l atm = 0,95 atm
Suatu larutan mengandung 95% air dan 5% gula, tentukan tekanan uap larutan. Tekanan uap air adalah 1 atm.
Penyelesaian:
Berdasarkan komposisi larutan maka fraksi mol pelarut, Xpelarut = 0,95. Pada temperatur dimana tekanan uap air adalah l atm, tekanan larutan di atas adalah,
P larutan = 0,95 x l atm = 0,95 atm
Hukum Raoult dapat dijelaskan dengan mudah dari sudut
pandang molekul. Misalnya, kita membuat larutan dari zat terlarut non-volatile
dengan fraksi mol pelarut sebesar 0,6. Pada larutan terdapat 60% molekul
pelarut, sehingga untuk permukaan dengan luas tertentu terdapat 60% molekul
pelarut dan 40% molekul zat terlarut. Ini berarti hanya 60% molekul yang dapat
menguap dibandingkan dengan pelarut murninya, sehingga tekanan uap larutan
turun hingga 60% dari tekanan uap pelarut. Inilah sebenarnya yang dimaksud
dengan hukum Raoult.
1.3.1 Larutan lebih dari satu komponen volatile
Pada beberapa larutan, seperti benzena dan CCl4, pelarut dan zat terlarut adalah mudah menguap. Dalam hal ini uap mengandung kedua jenis zat dan tekanannya adalah jumlah tekanan parsial masing-masing komponen. Tekanan parsial juga memenuhi hukum Raoult, sehingga bila ada komponen A dan B maka tekanan parsial A dan B masing-masing PA dan PB adalah
Pada beberapa larutan, seperti benzena dan CCl4, pelarut dan zat terlarut adalah mudah menguap. Dalam hal ini uap mengandung kedua jenis zat dan tekanannya adalah jumlah tekanan parsial masing-masing komponen. Tekanan parsial juga memenuhi hukum Raoult, sehingga bila ada komponen A dan B maka tekanan parsial A dan B masing-masing PA dan PB adalah
(1.2b)
dan tekanan total adalah
1.3.2 Larutan ideal dan non-ideal
Bila digambarkan hubungan antara PA dengan XA, PB dengan XB, dan PT yaitu penjumlahan PA dan PB, maka diperoleh garis lurus, gambar 1.10. Pasangan dua komponen zat yang mudah menguap membentuk larutan dengan sifat seperti pada gambar l.10 disebut larutan ideal. Salah satu contoh larutan yang mendekati sifat demikian adalah pasangan benzena-CCl4.
Bila digambarkan hubungan antara PA dengan XA, PB dengan XB, dan PT yaitu penjumlahan PA dan PB, maka diperoleh garis lurus, gambar 1.10. Pasangan dua komponen zat yang mudah menguap membentuk larutan dengan sifat seperti pada gambar l.10 disebut larutan ideal. Salah satu contoh larutan yang mendekati sifat demikian adalah pasangan benzena-CCl4.
Gambar 1.10. Grafik tekanan uap sistem dua komponen
larutan idea
Gambar 1.11. Grafik tekanan uap sistem dua komponen
larutan non ideal: (a) deviasi negatip, (b) deviasi positip.
Uraian tambahan 4:
Kompetisi interaksi zat terlarut…pelarut, zat terlarut…zat terlarut, dan pelarut…pelarut campuran volatile-volatile (A-B) dapat digambarkan dengan H2O…C2H5OH, C2H5OH…C2H5OH, dan H2O…H2O, gambar 1.12, yang diperoleh dengan pemodelan perhitungan komputasi (1):
Kompetisi interaksi zat terlarut…pelarut, zat terlarut…zat terlarut, dan pelarut…pelarut campuran volatile-volatile (A-B) dapat digambarkan dengan H2O…C2H5OH, C2H5OH…C2H5OH, dan H2O…H2O, gambar 1.12, yang diperoleh dengan pemodelan perhitungan komputasi (1):
(a) E=-22,740 kJ/mol
Gambar 1.12. Interaksi (a) H2O…C2H5OH, (b)
C2H5OH…C2H5OH, dan (c) H2O…H2O, masing-masing dengan energi -22,740, -23,850,
dan -23,183 kJ/mol
Uraian tambahan 5:
Contoh lain campuran volatile-volatile (A-B) adalah H2O…C2H6O, C2H6O…C2H6O, dan H2O…H2O, gambar 1.13, yang diperoleh dengan pemodelan perhitungan komputasi (1):
Contoh lain campuran volatile-volatile (A-B) adalah H2O…C2H6O, C2H6O…C2H6O, dan H2O…H2O, gambar 1.13, yang diperoleh dengan pemodelan perhitungan komputasi (1):
(b)E=-21,887 kJ/mol
Gambar 1.13. Interaksi (a) H2O…C2H6O, (b) C2H6O…C2H6O,
masing-masing dengan energi -21,887 dan -7,539 kJ/mol
Uraian tambahan 6:
Potensial interaksi H2O…C2H5OH, C2H5OH…C2H5OH, dan H2O…H2O, dapat digambarkan dengan gambar 1.14, yang diperoleh dengan pemodelan perhitungan komputasi (1):
Potensial interaksi H2O…C2H5OH, C2H5OH…C2H5OH, dan H2O…H2O, dapat digambarkan dengan gambar 1.14, yang diperoleh dengan pemodelan perhitungan komputasi (1):
Gambar 1.14. Potensial Interaksi (a) H2O…H2O, (b)
H2O…C2H6O, dan (c) C2H6O…C2H6O
Dari hasil percobaan, hanya sedikit campuran
volatile-volatile (A-B) pada semua komposisi yang memenuhi hukum Raoult.
Biasanya tekanan uap terukur lebih besar atau lebih kecil dari perkiraan hukum
Raoult. Jika tekanan uap lebih besar dari perkiraan hukum Raoult maka
disebut deviasi positip, gambar 1.11(a), jika lebih rendah
disebut deviasi negatip, gambar 1.11(b).
Sifat non-ideal larutan disebabkan oleh kekuatan
relatif tarik-manarik antara molekul zat terlarut dan pelarut. Bila gaya
tarik-menarik antara zat terlarut…pelarut lebih lemah dari
gaya tarik-menarik antara zat terlarut…zat terlarut atau
antara pelarut…pelarut maka partikel zat terlarut atau pelarut
lebih kuat terikat dalam keadaan murni dari pada dalam larutan. Dengan demikian
kecenderungan meninggalkan sistem lebih besar pada larutan daripada zat
terlarut murni atau pelarut murni. Akibatnya, tekanan parsial lebih besar dari
perkiraan hukum Raoult sehingga tekanan uap total lebih besar dari yang diperkirakan.
Sistem ini disebut memperlihatkan deviasi positip. Hal sebaliknya
akan dihasilkan bila tarik-menarik zat terlarut…pelarut lebih besar daripada
tarik-menarik zat terlarut…zat terlarut dan pelarut…pelarut. Sistem ini disebut
memperlihatkan deviasi negatip.
Bila molekul tarik-menarik maka dapat membebaskan atau
menyerap panas. Dengan kata lain, terdapat korelasi antara panas larutan dan
deviasi dari hukum Raoult.
1.3.3 Destilasi terfraksinasi
Sifat tekanan uap larutan dapat dimanfaatkan pada proses pemisahan, dan disebut destilasi. Bila ingin memisahkan NaCl dari air untuk mendapatkan air murni maka dapat dilakukan dangan menguapkan pelarut air dan kemudian dikondensasikan. Proses ini disebut destilasi biasa. Bila pemisahan dilakukan pada campuran komponen yang mudah menguap, cara yang digunakan agar dapat berhasil memisahkan semua komponen-komponen campuran disebut destilasi terfraksi. Teori proses pemisahan dengan cara destilasi dibahas lebih mendalam pada matakuliah kimia fisik, sedangkan pengalaman pemisahan dangan cara destilasi dapat diperoleh pada matakuliah praktikum kimia organik.
Sifat tekanan uap larutan dapat dimanfaatkan pada proses pemisahan, dan disebut destilasi. Bila ingin memisahkan NaCl dari air untuk mendapatkan air murni maka dapat dilakukan dangan menguapkan pelarut air dan kemudian dikondensasikan. Proses ini disebut destilasi biasa. Bila pemisahan dilakukan pada campuran komponen yang mudah menguap, cara yang digunakan agar dapat berhasil memisahkan semua komponen-komponen campuran disebut destilasi terfraksi. Teori proses pemisahan dengan cara destilasi dibahas lebih mendalam pada matakuliah kimia fisik, sedangkan pengalaman pemisahan dangan cara destilasi dapat diperoleh pada matakuliah praktikum kimia organik.
1.4 Penurunan Titik Beku dan Kenaikan Titik Didih
Pada sub-bab 1.3 telah dibahas bahwa zat tarlarut non-volatile dapat menurunkan tekanan uap larutan. Fenomena penambahan zat terlarut non-volatile juga mempengaruhi sifat-sifat fisik larutan seperti titik beku dan titik didih.
Pada sub-bab 1.3 telah dibahas bahwa zat tarlarut non-volatile dapat menurunkan tekanan uap larutan. Fenomena penambahan zat terlarut non-volatile juga mempengaruhi sifat-sifat fisik larutan seperti titik beku dan titik didih.
Gambar 1.15 memperlihatkan diagram fasa air. Dari
grafik ini dapat dibaca titik beku dan titik didih
normal. Titik beku normal, Tb, adalah temperatur dimana garis kesetimbangan
padat-cair memotong garis tekanan 1 atmosfer, sedangkan titik didih normal
adalah temperatur dimana garis kesetimbangan gas-cair memotong garis tekanan 1
atmosfer.
Gambar 1.15. Diagram fasa air: (a) grafik garis (─)
pelarut murni, (b) grafik titik-titik (…) larutan.
Pada gambar 1.15 dapat juga diplot kurva tekanan uap
larutan yang mengandung zat terlarut non-volatile. Pada temperatur berapa pun,
tekanan uap larutan lebih rendah dari pelarut murni. Pada larutan, temperatur
untuk mencapai tekanan 1 atmosfer lebih besar daripada pelarut murni. Dengan
kata lain, titik didih larutan, Td-l, lebih tinggi daripada pelarutnya, Td-p.
Pada gambar terlihat bahwa besarnya kenaikan titik didih didefinisikan
dengan ΔTd, yaitu Td-l dikurangi Td-p.
Pada gambar 1.15 juga ditemukan titik tripel baru,
Tr’, yang terjadi pada perpotongan kurva tekanan uap larutan dengan kurva
tekanan uap padatan untuk pelarut murni. Biasanya, partikel zat terlarut tidak
dapat masuk ke kisi yang terbentuk karena pembekuan pelarut, sehingga padatan
yang terbéntuk adalah pelarut murni. Akibatnya, kurva tekanan uap bagian
padatan untuk larutan dan pelarut adalah berimpitan. Garis
kesetimbangan padat-cair, yang menyatakan titik beku sebagai fungsi tekanan,
diperoleh dari titik tripel. Karena titik tripel baru untuk larutan berada di
kiri pelarut murni maka titik beku larutan lebih rendah daripada pelarut murni.
Besarnya penurunan titik beku ini didefinisikan dengan ΔTb,
yaitu Tb-l dikurangi Tb-p.
Jadi, adanya zat terlarut akan memperbesar daerah
cairan diagram fasa larutan dengan cara kenaikan titik didih dan penurunan
titik beku. Salah satu penggunaan paling umum fenomena ini adalah
pemakaian larutan anti beku (antifroezo) di dalam radiator
mobil. Zat terlarut yang biasa digunakan adalah etilen glikol, C2H4(OH)2,
yang larut sempurna dalam air dan mempunyai tekanan uap sangat rendah.
Pada musim dingin, etilen glikol melindungi mobil melalui
poncegahan pembekuan air dalam radiator. Pada musim panas, zat anti beku juga
melindungi radiator dari pendidihan yang lebih mudah bila diisi dengan air
murni. Pada larutan encer, besarnya kenaikan titik didih dan penurunan titik
beku tergantung padamolalitas zat terlarut dalam larutan,
dengan Kd dan Kb masing-masing adalah konstanta
kenaikan titik didih dan penurunan titik beku molal, dan khas untuk setiap
pelarut, tabel 1.3.
Contoh 2:
Tentukan titik didih dan titik beku larutan 1 mol gula dalam 1000 g air. Konstanta Kd dan Kb masing-masing adalah 0,51 dan 1,86, tabel 1.3.
Penyelesaian:
Berdasarkan komposisi larutan maka konsentrasi molal larutan, m = 1. Pada tekanan l atm, titik didih dan titik beku air masing-masing adalah 100 oC dan 0 oC. Kenaikan titik didih dan penurunan titik beku masing-masing adalah:
Tentukan titik didih dan titik beku larutan 1 mol gula dalam 1000 g air. Konstanta Kd dan Kb masing-masing adalah 0,51 dan 1,86, tabel 1.3.
Penyelesaian:
Berdasarkan komposisi larutan maka konsentrasi molal larutan, m = 1. Pada tekanan l atm, titik didih dan titik beku air masing-masing adalah 100 oC dan 0 oC. Kenaikan titik didih dan penurunan titik beku masing-masing adalah:
Titik beku turun 1,86 °C dan titik didih naik 0,51°C.
Larutan membeku pada -0,86 °C dan mendidih pada 100,51 °C bila tekanan udara 1
atm.
Tabel 1.3. Harga konstanta Kd dan Kb beberapa pelarut
Massa molekul dapat ditentukan melalui pengukuran
penurunan titik beku dan kenaikan titik didih. Bila zat terlarut adalah
non-volatile maka dapat menghasilkan efek-efek pada larutan yaitu: (a)
penurunan tekanan uap, (b) penurunan titik beku, dan (c) kenaikan titik didih.
Sifat-sifat larutan yang tergantung hanya pada jumlah relatif partikel zat
terlarut dan pelarut disebut sifat-sifat koligatif larutan.
Pada sifat koligatif larutan yang penting adalah konsentrasi atau jumlah
relatif dan bukan jumlah absolut. Oleh karena itu fenomena
ini dapat digunakan untuk mengukur massa molekul zat.
1.5 Tekanan Osmosa
Proses dimana pelarut bergerak dari larutan encer ke larutan lebih pekat melalui lapisan atau film tipis yang secara selektif dapat melewatkan pelarut tetapi menahan zat terlarut disebut osmosis. Lapisan tipis demikian disebut membran semipermiabel. Contohnya adalah jenis kertas dari kulit dan zat anorganik seperti gelatin. Proses yang sama seperti osmosis, tetapi disamping dapat melewatkan pelarut juga dapat melewatkan ion dan molekul kecil kecuali molekul besar seperti protein (polimer asam amino), tabel 1.4, disebut dialisis. Dialisis biasanya terjadi pada dinding sel tumbuhan dan hewan. Jadi proses osmosis adalah proses dialisis terbatas.
Proses dimana pelarut bergerak dari larutan encer ke larutan lebih pekat melalui lapisan atau film tipis yang secara selektif dapat melewatkan pelarut tetapi menahan zat terlarut disebut osmosis. Lapisan tipis demikian disebut membran semipermiabel. Contohnya adalah jenis kertas dari kulit dan zat anorganik seperti gelatin. Proses yang sama seperti osmosis, tetapi disamping dapat melewatkan pelarut juga dapat melewatkan ion dan molekul kecil kecuali molekul besar seperti protein (polimer asam amino), tabel 1.4, disebut dialisis. Dialisis biasanya terjadi pada dinding sel tumbuhan dan hewan. Jadi proses osmosis adalah proses dialisis terbatas.
Pada proses osmosis terdapat gerakan untuk menyamakan
konsentrasi antara dua larutan yang bersentuhan satu sama lain melewati
membran. Kecepatan bergerak molekul pelarut melalui membran ke
arah larutan yang pekat adalah lebih besar daripada kecepatan bergerak ke arah
yang berlawanan, diduga karena konsentrasi pelarut pada permukaan membran lebih
besar di sisi larutan encer, gambar 1.16.
Gambar 1.16. Proses osmosis: →, pergerakan pelarut melalui membran (…).
Tabel 1.4. Struktur Lewis beberapa asam amino (9-10)
*) Dibahas pada matakuliah Analisis Organik dan
Spektroskopi Kimia
Hal yang sama akan terjadi pada sistem dua larutan
dengan konsentrasi zat terlarut non-vo1atile tidak sama yang ditempatkan dalam
ruang tertutup, gambar 1.17. Kecepatan penguapan larutan encer lebih besar
daripada larutan pekat, tetapi kecepatan kembali ke masing-masing larutan
adalah sama (kedua larutan bersentuhan dengan fasa gas yang sama). Akibatnya,
kedua larutan tidak setimbang dengan uapnya. Pada larutan encer kecepatan
penguapan lebih besar daripada kondensasi, tetapi pada larutan pekat kecepatan
kondensasi lebih besar daripada penguapan. Secara keseluruhan adalah
perpindahan pelarut dari larutan encer ke larutan pekat hingga kedua larutan
mencapai konsentrasi yang sama.
Gambar 1.17. Tekanan uap larutan encer lebih besar
daripada larutan pekat menyebabkan pergerakan pelarut melalui membran.
Eksperimen osmosis dapat dilakukan dengan menggunakan
alat seperti pada gambar l.18, dengan menempatkan larutan di bagian tengah dan
pelarut murni di bagian luar, sehingga aliran total yaitu pelarut ke dalam
larutan melalui dinding semipermiabel akan menaikkan volume bagian dalam.
Proses ini menyebabkan tinggi cairan dalam kolom kapiler naik. Cairan dalam
kolom kapiler yang naik melebihi permukaan pelarut akan menghasilkan tekanan
sama seperti merkuri dalam barometer. Tekanan ini cenderung meningkatkan kecepatan
aliran pelarut dari larutan ke pelarut murni, sehingga kecepatan total osmosis
menurun jika tinggi cairan makin naik. Pada akhirnya proses osmosis berhenti,
dan tekanan di dalam larutan pada titik setimbang ini, yang sebanding dengan
ketinggian cairan dalam kapiler, h, disebut tekanan osmosis larutan, π.
Gambar 1.18. Metode penguluran tekanan osmosis.
Untuk larutan encer, tekanan osmosis sebanding dengan
molaritas, M, dengan konstanta proporsional RT dimana R adalan tetapan gas dan
T adalah temperatur absolut, atau:
Contoh 3:
Tentukan tekanan osmosis larutan 0,01 mol/l pada T kamar (298 K).
Penyelesaian:
Tekanan osmosis larutan adalah:
Tekanan ini cukup untuk mendorong naiknya air dalam kolom setinggi 8,1 kaki.
Tentukan tekanan osmosis larutan 0,01 mol/l pada T kamar (298 K).
Penyelesaian:
Tekanan osmosis larutan adalah:
Tekanan ini cukup untuk mendorong naiknya air dalam kolom setinggi 8,1 kaki.
Tekanan osmosis sangat besar meskipun larutannya cukup
encer. Karena tekanan osmosis berubah sangat besar hanya dengan perubahan
konsentrasi yang sangat kecil, maka sangat penting untuk diperhatikan agar
fluida yang ditambahkan ke dalam tubuh secara intravena tidak mengubah tekanan
osmosis darah. Jika fluida darah terlalu encer, tekanan osmosis dalam sel darah
dapat merusak sel darah itu sendiri. Sebaliknya, jika fluida darah terlalu
pekat, air akan berdifusi keluar sel dan tidak dapat berfungsi lagi. Oleh sebab
itu, perhatikan agar larutan yang digunakan mempunyai tekanan osmosis yang sama
dengan larutan dalam sel. Larutan demikian disebut larutan isotonik.
Perbedaan tekanan osmosis yang besar antara dua larutan dengan perbedaan konsentrasi kecil, dapat dimanfaatkan sebagai metoda penentuan massa molekul polimer yang sangat besar (polimer sintetik atau biologis). Penentuan massa molekul juga dapat ditentukan dengan penurunan titik beku dan kenaikan titik didih.
Perbedaan tekanan osmosis yang besar antara dua larutan dengan perbedaan konsentrasi kecil, dapat dimanfaatkan sebagai metoda penentuan massa molekul polimer yang sangat besar (polimer sintetik atau biologis). Penentuan massa molekul juga dapat ditentukan dengan penurunan titik beku dan kenaikan titik didih.
Contoh 4:
Tentukan penurunan titik beku larutan dengan massa zat terlarut 15 g dan massa molekul 30.000 dalam 1000 g air.
Penyelesaian:
Konsentrasi larutan adalah 0,0005 molal. Penurunan titik beku larutan adalah:
Penurunan temperatur sebesar ini boleh dikatakan tidak terdeteksi atau tidak terukur.
Tentukan penurunan titik beku larutan dengan massa zat terlarut 15 g dan massa molekul 30.000 dalam 1000 g air.
Penyelesaian:
Konsentrasi larutan adalah 0,0005 molal. Penurunan titik beku larutan adalah:
Penurunan temperatur sebesar ini boleh dikatakan tidak terdeteksi atau tidak terukur.
Contoh 5:
Tentukan tekanan osmosis larutan dengan massa zat terlarut 15 g dan massa molekul 30.000 dalam 1000 g air.
Penyelesaian:
Pelarut adalah air dan sangat encer maka molalitas sama dengan molaritas. Tekanan osmosis larutan pada temperatur kamar (298 K) adalah:
Tekanan osmosis 0,012 atm setara dengan 9,1 mmHg. Jika larutan mempunyai kerapatan 1 g/mL, maka tekanan ini dapat menghasikan ketinggian larutan dalam kolom 12,3 cm. Ketinggian sebesar ini mudah diukur, sehingga metoda pengukuran tekanan osmosis sangat baik digunakan untuk menentukan massa molekul yang besar.
Tentukan tekanan osmosis larutan dengan massa zat terlarut 15 g dan massa molekul 30.000 dalam 1000 g air.
Penyelesaian:
Pelarut adalah air dan sangat encer maka molalitas sama dengan molaritas. Tekanan osmosis larutan pada temperatur kamar (298 K) adalah:
Tekanan osmosis 0,012 atm setara dengan 9,1 mmHg. Jika larutan mempunyai kerapatan 1 g/mL, maka tekanan ini dapat menghasikan ketinggian larutan dalam kolom 12,3 cm. Ketinggian sebesar ini mudah diukur, sehingga metoda pengukuran tekanan osmosis sangat baik digunakan untuk menentukan massa molekul yang besar.
1.6 Osmosa Balik dan Pemurnian Air
Proses osmosis dapat dibalik jika diberikan tekanan
dari luar yang lebih besar dari tekanan osmosis. Fenomena ini dapat digunakan
untuk pemurnian air, khusus desalinasi air laut, dengan alat seperti pada
gambar 1.19. Jika tidak ada tekanan diberikan dari luar ke dalam larutan air
garam, osmosis akan memindahkan air ke dalam larutan dan berangsur-angsur
bertambah encer. Bila diberikan tekanan dari luar, P, yang lebih besar dari
tekanan osmosis, maka osmosis digerakkan pada arah berlawanan yaitu dari
larutan ke air murni.
Tekanan yang diperlukan untuk proses osmosis balik
cukup besar sehingga diperlukan membran yang mampu menahan tekanan. Bahan untuk
ini adalah film selulosa asetat. Selulosa asetat adalah permiabel
terhadap air tetapi tidak permiabel terhadap ion-ion dan pengotor dalam air
laut. Perusahaan desalinasi dapat menghasilkan 3.000.000 galon air segar per
hari.
1.7 Larutan Elektrolit
Hingga sub-bab 1.7 pembahasan dibatasi pada larutan non-e1ektrolit.
Sifat koligatif larutan tergantung pada jumlah partikel yang ada pada larutan.
Bila 1 mol larutan non-elektrolit seperti gula dimasukkan ke dalam air akan
menghasilkan 1 mol partikel dan membeku pada 1,86 °C di bawah titik beku air
murni. Tetapi 1 mol larutan e1ektrolit seperti NaCl mengandung 2 mol partikel
yaitu 1 mol Na+ dan 1 mol ion Cl- sehingga secara teoritik titik bekunya turun
dua kali larutan gula atau sebesar 3,72 °C bila dilarutkan dalam 1000 g air.
Satu molal larutan CaC12 di dalam 1000 g air mengalami penurunan titik beku 3
kali dari larutan 1 molal glukosa.
Gambar 1.19. Proses osmosis balik dengan tekanan P: →, pergerakan pelarut melalui membran (…) dari air laut menuju air segar.
1.8 Koloid
Zat terlarut dalam larutan yang telah dibahas hingga
pada sub bab 1.7 adalah ion-ion atau molekul-molekul kecil. Ion atau molekul
demikian membentuk larutan homogen dengan pelarut. Ion atau molekul demikian
tidak mengendap dari larutan, atau tenggelam ke dasar larutan, setelah dalam
selang waktu tertentu. Gaya gravitasi kecil dibandingkan
dengan energi kinetik molekul dalam larutan. Jika zat terlarut
menjadi lebih besar, pada titik tertentu zat terlarut mulai mengendap, atau
tenggelam ke dasar pelarut.
Gaya-gaya gravitasi lebih besar dibandingkan dengan
energi kinetik molekul dalam larutan. Dalam hal ini, larutan tidak homogen
lagi, tetapi adalah campuran heterogen. Sifat lain molekul zat terlarut ukuran
besar, atau komponen dengan berat molekul besar dalam campuran, adalah
interaksi molekul demikian dengan cahaya. Interaksi cahaya dengan molekul dapat
mengeksitasi elektron dan menghasilkan emisi foton. Jadi cahaya
dihamburkan dengan berinteraksinya dengan molekul. Jika sampel adalah homogen,
maka gelombang cahaya sekunder ini menunjukkan interferensi konstruktif dan
destruktif yang acak dan homogen dalam semua arah. Hasil keseluruhan adalah
bahwa gelombang cahaya sekunder adalah terang.
Jika sampel tidak homogen, dalam hal ukuran partikel
terhadap panjang gelombang cahaya, maka gelombang cahaya sekunder mempunyai
interferensi konstruktif dan destruktif tidak homogen. Hasilnya adalah bahwa
cahaya tampak terhamburkan pada arah acak, dan sampel adalah tak tembus cahaya,
dan larutan koloid tampak seperti awan.
Tabel 1.5. Jenis-Jenis Koloid (11,12)
1.9 Kestabilan Dispersi Koloid
Agar koloid tetap stabil (tidak mengendap atau
menggumpal), maka partikel-partikelnya harus dicegah agar tidak melekat
(berinteraksi) satu dengan yang lain setelah bertumbukan. Jika melekat maka
ukuran partikel bertumbuh makin basar dan berangsur-angsur terpisah dari
campuran. Koloid emulsi (cairan terdispersi dalam cairan) akan stabil bila
ditambahkan zat pengemulsi. Dua contoh koloid emulsi adalah susu
dan buah selada. Kedua jenis koloid di atas adalah dispersi minyak dalam air.
Minyak dan air adalah dua cairan (masing-masing non polar dan polar) yang tidak
saling barcampur, dan setelah campuran diaduk akan cenderung terpisah dengan
cepat menjadi dua fasa terpisah. Pada buah selada pemisahan ini dicegah dengan
penambahan kuning telur yang membentuk lapisan pelindung di sekitar
tetesan-tetesan minyak. Kuning telurberfungsi sebagai penstabil
koloid emulsi buah selada. Pada susu zat pengemulsi adalah kasein.
Koloid dari zat padat yang terdispersi dalam cairan
(sol) biasanya distabilkan dengan adsorpsi ion pada permukaan partikel koloid.
Contohnya adalah sol berwarna merah yang terbentuk jika larutan FeC13
ditambahkan ke dalam air mendidih. Koloid dapat menjadi tidak stabil dengan
menghilangkan pengaruh zat penstabil. Bila ini dilakukan maka partikel akan
berkumpul dan bertumbuh makin besar hingga akhirnya terpisah atau terkoagulasi.
Sol yang terbentuk dari oksida Fe(III) terhidrat dapat
dikoagulasi dengan penambahan elektrolit yang mampu menetralkan muatan pada
permukaan partikelnya. Contohnya, penambanan larutan yang mengandung ion fosfat
akan mengendapkan sol Fe(III). Ion PO43+ yang bermuatan negatif berkumpul di
sekitar ion Fe3+ yang bermuatan positif yang ada pada parmukaan partikel
koloid. Penetralan muatan pada partikel koloid menyebabkan partikel bertumbukan
dan bertumbuh dan akhirnya akan mengendap.
Soal-Soal
1. Jelaskan proses pelarutan pada tingkat molekul zat
padat dalam cairan.
2. Jelaskan “like dissolves like” berdasarkan
gaya-gaya intermolekul.
3. Apa yang dimaksud dengan larutan. Apa faktor yang
mempengaruhi terjadinya larutan? Berikan dua contoh larutan yang melibatkan:
(a) interaksi dipol ion dan (b) gaya-gaya dispersi.
4. Proses larutan dapat terjadi secara eksoterm.
Berikan uraian interpretasi molekular proses tersebut.
5. Jelaskan mengapa proses larutan akan menuju
kenaikan ketidakteraturan.
6. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan
zat padat dalam cairan.
7. Apa yang dimaksud dengan: dua cairan adalah
miscible.
8. Mengapa naftalen lebih larut dari pada CsF dalam
benzena.
9. Jelaskan mengapa etanol tidak larut dalam
sikloheksana.
10. Susunlah senyawa-senyawa berikut berdasarkan
kenaikan kelarutan dalam air: O2, LiCl, Br2, dan metanol.
11. Jelaskan variasi kelarutan alkohol berikut dalam:
Senyawa Kelarutan dalam air, 20oC, g/100 g
CH3OH ∞
CH3CH2OH ∞
CH3CH2CH2OH ∞
CH3CH2CH2CH2OH ∞
CH3CH2CH2CH2CH2OH 2,7
Senyawa Kelarutan dalam air, 20oC, g/100 g
CH3OH ∞
CH3CH2OH ∞
CH3CH2CH2OH ∞
CH3CH2CH2CH2OH ∞
CH3CH2CH2CH2CH2OH 2,7
12. Sebutkan dan jelaskan alkohol mana pada daftar
soal 11.11 yang diharapkan dapat menjadi pelarut terbaik untuk setiap senyawa
berikut: I2, KBr, dan CH3CH2CH2CH2CH3.
13. Garam NaCl dan CaCl2 digunakan untuk melelehkan es
di jalan raya dan pejalan kaki pada musim dingin. Apa keuntungan kedua garam
ini dibandingkan dengan sukrosa dan urea untuk menurunkan titik beku air?
14. Apa yang dimaksud dengan polusi termal? Apa
bahayanya pada kehidupan di dalam air?
15. Seorang siswa mengamati dua buah beker gelas
berisi air. Beker gelas pertama dipanaskan hingga 30 oC sedangkan beker gelas
yang kedua hingga 100 oC. Pada masing-masing beker terbentuk gelembung dalam
air. Apakah gelembung pada kedua beker ini mempunyai sumber yang sama?
Jelaskan.
16. Sebuah beker gelas mula-mula jenuh dengan udara
terlarut. Jelaskan apa yang terjadi bila gas He pada 1 atm digelembungkan
melalui larutan dalam waktu yang cukup lama.
17. Seorang ahli kimia forensik memperoleh sampel
bubuk putih untuk dianalisis. Dia melarutkan 0,5 g zat terzebut di dalam 8,0 g
benzena. Larutan membeku pada 3,9 oC. Apakah ahli kimia tersebut dapat
menyimpulkan bahwa senyawa dalam bubuk adalah kokain (C17H21NO4)? Asumsi apa
yang harus dibuat pada analisis tersebut.
18. Jelaskan mengapa cairan yang digunakan pada
injeksi intravena harus sama dengan tekanan osmosis darah?
19. Jelaskan mengapa amonia (NH3) sangat larut dalam
air, tetapi tidak untuk nitrogen triklorida (NCl3).
20. Jika soft drink kaleng digoncang dan kemudian
dibuka, minuman akan keluar secara tiba-tiba. Tetapi, jika setelah digoncang
kaleng dipukul-pukul beberapa kali dengan sendok logam tidak terjadi ledakan
minuman. Jelaskan, mengapa?
21. Ikan di lautan antartika berenang di dalam air
pada suhu sekitar -2 oC. (a) Untuk mencegah pembekuan darah pada ikan, berapa
seharusnya konsentrasi darah (molal)? Apakah ini adalah konsentrasi fisiologis
yang sesuai? (b) Baru-baru ini, ahli telah menemukan sejenis protein khusus di
dalam darah ikan yang meskipun konsentrasinya sangat kecil (≤0,001 m), tetapi
mampu mencegah pembekuan darah. Jelaskan mekanisme tersebut.
22. Obat dengan time-release mempunyai keuntungan
dalam melepaskan obat ke dalam tubuh yaitu pada kecepatan konstan. Akibatnya
konsentrasi obat setiap saat tidak terlalu tinggi untuk menyebabkan efek
samping membahayakan atau terlalu sedikit sehingga tidak efektif. Skema diagram
di bawah ini menunjukkan cara bekerja pil obat dengan time-release. Jelaskan
bagaimana pill bekerja.
Comments
Post a Comment