Pembuatan larutan standar, menghitung konsentrasi dan pengenceran serta larutan indikator
I.
Topik
Percobaan
Pembuatan larutan standar, menghitung konsentrasi dan
pengenceran serta larutan indikator
II.
Tujuan
Percobaan
Pada praktikum ini memiliki tujuan:
III.
Dasar
Teori
A. Larutan Baku/Larutan Standar
1.
Pengertian Larutan Baku/Larutan Standar
Larutan baku/ larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah
diketahui. Larutan baku biasanya berfungsi sebagai titran sehingga ditempatkan
buret, yang sekaligus berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku. Larutan
yang akan ditentukan konsentrasinya atau kadarnya, diukur volumenya dengan
menggunakan pipet volumetri dan ditempatkan di erlenmeyer. (Michael
J.
Bassett 1994)
a.
Larutan Baku Primer
Larutan yang mengandung zat padat
murni yang konsentrasi larutannya diketahui secara tepat melalui metode
gravimetri (perhitungan massa), dapat digunakan untuk menetapkan konsentrasi
larutan lain yang belum diketahui. Nilai konsentrasi dihitung melalui perumusan
sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti dari zat pereaksi tersebut dan
dilarutkan dalam volume tertentu.
Contoh: K2Cr2O7, As2O3,
NaCl, asam oksalat, asam benzoat.
Syarat-syarat larutan baku primer :
1)
Zat harus mudah
diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin pada suhu 110-120 derajat
celcius) dan disimpan dalam keadaan murni. (Syarat ini biasanya tak dapat
dipenuhi oleh zat- zat terhidrasi karena sukar untuk menghilangkan
air-permukaan dengan lengkap tanpa menimbulkan pernguraian parsial.)
2)
Zat harus tidak
berubah berat dalam penimbangan di udara; kondisi ini menunjukkan bahwa zat tak
boleh higroskopik, tak pula dioksidasi oleh udara atau dipengaruhi
karbondioksida.
3)
Zat tersebut
dapat diuji kadar pengotornya dengan uji- uji kualitatif dan kepekaan tertentu.
4)
Zat tersebut
sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekuivalen yang besar.
5)
Zat tersebut harus
mudah larut dalam pelarut yang dipilih.
6)
Reaksi yang
berlangsung dengan pereaksi harus bersifat stoikiometrik dan langsung (Michael
J.
Bassett 1994).
b.
Larutan baku sekunder
Larutan suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan tepat
karena berasal dari zat yang tidak pernah murni. Konsentrasi larutan ini
ditentukan dengan pembakuan menggunakan larutan baku primer, biasanya melalui
metode titrimetri. Contoh: AgNO3, KmnO4, Fe(SO4)2.
Syarat-syarat larutan baku sekunder :
1)
Derajat
kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer
2)
Mempunyai berat
ekivalen yang tinggi untuk memperkecil kesalahan penimbangan
3)
Larutannya
relatif stabil dalam penyimpanan.
2. Komponen
larutan
Larutan
dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
a)
Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat
terlarut) kurang dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Atau dengan
kata lain, larutan yang partikel- partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan
pereaksi (masih bisa melarutkan zat). Larutan tak jenuh terjadi apabila bila
hasil kali konsentrasi ion < Ksp berarti larutan belum jenuh ( masih dapat
larut).
b)
Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah
solute yang larut dan mengadakan kesetimbangn dengan solut padatnya. Atau
dengan kata lain, larutan yang partikel- partikelnya tepat habis bereaksi
dengan pereaksi (zat dengan konsentrasi maksimal). Larutan jenuh terjadi
apabila bila hasil konsentrasi ion = Ksp berarti larutan tepat jenuh.
c)
Larutan sangat jenuh (kelewat jenuh) yaitu suatu larutan yang
mengandung lebih banyak solute daripada yang diperlukan untuk larutan jenuh.
Atau dengan kata lain, larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut
sehingga terjadi endapan. Larutan sangat jenuh terjadi apabila bila hasil kali
konsentrasi ion > Ksp berarti larutan lewat jenuh (mengendap).
Berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut, larutan dapat dibedakan
menjadi 2, yaitu:
a)
Larutan pekat yaitu larutan yang mengandung relatif lebih
banyak solute dibanding solvent.
b)
Larutan encer yaitu larutan yang relatif lebih sedikit solute
dibanding solvent.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya larut
Daya larut suatu zat dalam zat lain,
dipengaruhi oleh :
a.
Jenis zat pelarut
b.
Jenis zat terlarut
c.
Temperatur dan,
d.
Tekanan
Zat-zat
dengan struktur kimia yang mirip, umumnya dapat saling bercampur baik, sedang
yang tidak biasanya sukar bercampur ( Like Disolves Like ). Air dan alkohol bercampur sempurna ( completely
miscible ), air dan eter bercampur sebagian ( partially miscible ), sedang
air dan minyak sama sekali tidak
bercampur ( completely immiscible ).
Pengaruh
temperatur tergantung dari panas pelarutan:
·
Bila panas pelarutan ( ΔH ) negatif, daya larut turun dengan
naiknya temperatur.
·
Bila panas pelarutan (ΔH ) positif daya larut naik dengan
naiknya temperatur.
B.
Konsentrasi Larutan
Konsentrasi
larutan menyatakan banyaknya zat terlarut dalam suatu larutan. Apabila zat
terlarut banyak sekali sedangkan pelarutnya sedikit maka dikatakan bahwa
larutan itu pekat atau konsentrasinya sangat tinggi. Sebaliknya, apbila
pelarutnya sangat banyak, maka dikatakan bahwa larutan itu encer atau
konsentrasinya sangat rendah.
Konsentrasi
larutan dapat dinyatakan dengan beberapa cara yaitu :
·
Persen volume
Menyatakan jumlah liter zat terlarut dalam 100 liter
larutan. Misalnya : alkohol 76 %. Berarti dalam 100 liter larutan alkohol
terdapat 76 liter alkohol murni.
·
Pesen berat / Persen Massa
Persen massa
menyatakan jumlah gram zat terlarut dalam 100 gram larutan.Misalnya : sirop
merupakan larutan gula 80%. Artinya dalam 100 gram sirop terdapat 80 gram gula.
·
Molaritas
Molaritas
disingkat dengan M menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam ! liter larutan.
Misalnya : NaCl 0.1 M, berarti dalam 1 liter larutan terdapat 0.1 mol NaCl atau
5.85 gram NaCl.
·
Normalitas
Normalitas
disingkat dengan huruf N menyatakan jumlah ekivalen zat terlarut dalam 1 liter
larutan.
·
Molalitas
Molalitas
atau disingkat m menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1000 gram pelarut.
·
Parts Per Million dan Parts Per Billion
Parts Per
Million (ppm) menyatakan mg zat terlarut dalam 1 kg atau 1 liter larutan. Jika
larutan sangat encer digunakan satuan konsentrasi Parts Per Million, ppm
(bagian per sejuta), dan Parts Per Billion, ppb (bagian per milliard). Satu ppm
ekivalen dengan 1 mg zat terlarut dalam 1 L larutan. Satu ppb 1 mg zat terlarut
per 1 larutan.
·
Fraksi mol ( NA )
Fraksi mol
adalah jumlah mol dibagi atau jumlah mol terlarut dibagi jumlah mol larutan.
Seperti halnya dengan molalitas, fraksi mol banyak digunakan untuk mempelajari
sifat-sifat koligatif larutan.
C.
Pengenceran Larutan
Proses pengenceran larutan adalah perubahan kepekatan larutan dari suatu
larutan yang pekat menjadi larutan yang kurang pekat.Untuk menentukan larutan
standar maka dapat digunakaan persamaan sebagai berikut : (Nachtrieb, N.H. 2001)

Keterangan : M1: Molaritas larutan induk
M2:
Molaritas larutan standar yang dibuat
V1:
Volume larutan yang dipakai
V2:
Volume larutan standar yang di buat
D. Indikator
Indikator adalah suatu
senyawa kompleks yang dapat bereaksi dengan asam dan basa. Dengan indikator,
kita dapat mengetahui suatu zat bersifat asam dan basa. Indikator juga dapat
digunakan untuk mengetahui tingkat kekuatan suatu asam atau basa. Beberapa
indikator terbuat dari zat warna alami tanaman, tetapi ada juga beberapa
indikator yang dibuat secara sintesis di laboratorium. Indikator yang sering
tersedia di laboratorium adalah kertas lakmus karena praktis dan harganya
murah.
Kita mengenal dua jenis
kertas lakmus, yaitu lakmus merah dan biru. Pada larutan asam, kertas lakmus
selalu berwarna merah, sedangkan dalam larutan basa kertas lakmus selalu
berwarna biru. Jadi, larutan asam akan mengubah kertas lakmus warna biru
menjadi merah dan larutan basa akan mengubah warna lakmus merah menjadi biru.
Beberapa jenis tanaman dapat
pula dijadikan sebagai indikator. Salah satu tanaman yang dapat pula dijadikan
sebagai indikator adalah tanaman bunga hydrangea. Warna bunga hydrangea
bergantung pada keasaman tanah. Bunga hydrangea yang berwarna merah jambu
(pink) akan berubah menjadi biru apabila ditanam di tanah yang terlalu asam.
Lakmus dan bunga hydrangea merupakan salah satu contoh indikator pH.
Syarat dapat tidaknya suatu
zat dijadikan indicator asam basa adalah terjadinya perubahan warna apabila
suatu indikator diteteskan pada larutan asam dan larutan basa. Untuk menguji
sifat asam basa suatu zat selalu digunakan dalam bentuk larutan, karena dalam
bentuk larutan sifat pembawaan asam dan basa lebih mudah dideteksi.
IV.
Alat dan Bahan
No
|
Nama Alat Dan Bahan
|
Banyak Bahan
|
||
1
|
Membuat Larutan 1
|
|||
A
|
Botol Bahan Naoh
|
1
|
||
C
|
Neraca Analitik
|
1
|
||
D
|
Gelas Kimia
|
Ukuran Sedang
|
||
E
|
Aquades
|
Secukupnya
|
||
F
|
Pengaduk
|
1
|
||
G
|
Labu Takar 1000 mL
|
1
|
||
2
|
Membuat Larutan 2
|
|||
A
|
Botol Bahan HCL
|
1
|
||
B
|
Labu Takar 100 mL
|
1
|
||
C
|
Pipet Skala 25 mL
|
1
|
||
D
|
Karet Penghisap
|
1
|
||
E
|
Aquades
|
Secukupnya
|
||
3
|
Pengenceran
|
|||
A
|
Larutan HC
|
Secukupnya
|
||
B
|
Labu Takar 1000 mL
|
1
|
||
C
|
Aquades
|
Secukupnya
|
||
4
|
Membuat Larutan Standar H2SO4
|
|||
A
|
Labu Takar 100 mL
|
1
|
||
B
|
Aquades
|
Secukupnya
|
||
C
|
Neraca Analitik
|
1
|
||
5
|
Pembuatan Indikator
|
|||
A
|
Gelas Kimia
|
2
|
||
B
|
Labu Takar
|
2
|
||
C
|
Pipet Volume
|
1
|
||
D
|
Pipet Gondok
|
2
|
||
E
|
Karet Penghisap
|
2
|
||
F
|
Neraca Analitik
|
1
|
||
G
|
Pengaduk
|
1
|
||
H
|
Methyl Red
|
Secukupnya
|
||
I
|
Etanol
|
Secukupnya
|
||
J
|
Aquades
|
Secukupnya
|
V.
Prosedur
Kerja
A.
Membuat
larutan 1
1. Mengamati
botol ragen/bahan. Catat semua etiket yang tertera di label botol seperti :
nama bahan, berat molekul bahan, berat jenis bahan, kemurnian bahan, serta
rumus kimia bahan.
2. Menimbang
NaOH sebanyak 4 gram dengan neraca analitik dan meletakkannya id dalam gelas
kimia.
3. Menambahkan
akuades secukup dan diaduk agar semua bahan dapat larut.
4. Mengamati
perubahan yang terjadi
5. Memindakan
larutan tadi kedalam labu takar 1000 ml, dan menambahkan akuades kembali sampai
tanda tera/batas. Tutup tabu takar ke dua arah yaitu keatas dan kebawah.
6. Kocok
dengan cara membalik-balikkan labu takar kedua arah yaitu keatas dan ke bawah.
7. Hitung
konsentrasi larutan yang anda buat dalam satuan molaritas (M)
B.
Membuat
larutan II
1. Mengamati
botol ragen/bahan. Catat semua etiket yang tertera di label botol seperti :
nama bahan, berat molekul bahan, berat jenis bahan, kemurnian bahan, serta
rumus kimia bahan.
2. Memipet
24,86 ml HCl pekat
3. Memasukkan
HCl ke dalam labu takar 100 ml yang terlebih dahulu diisi dengan sedikit
akuades.
4. Mengamati
perubahan yang terjadi.
5. Menambahkan
akuades sampai tanda tera/batas.
6. Kocok
dengan cara membalik-balikkan labu takar kedua arah yaitu keatas dan ke bawah.
7. Hitung
konsentrasi larutan yang anda buat dalam satuan molaritas (M)
C.
Pengenceran
1. Pipet
33,34 ml larutan HCl dari prosedur II kemudian masukkan ke dalam labu takar
1000 ml.
2. Tambahkan
akuades sampat tanda tera/batas. Kocok dengan cara membalik-balikkan labu takar
kedua arah yaitu keatas dan ke bawah.
3. Hitung
konsentrasi HCl dalam satuan molaritas (M)
D.
Pembuatan
larutan standar H2SO4
1. Timbanglah
labu takar 100 ml kosong (a gram)
2. Isi
labu takar 100 ml dengan akuades sampai kurang lebih ¾ nya dan timbang (b gram)
3. Ambil
10,86 ml H2SO4 pekat, masukkan kedalam labu takar no.2 dan timbang (c gram)
4. Amati
perubahan yang terjadi.
5. Tepatkan
volume labu takar dengan akuades sampat tanda tera/batas, kocok hingga
homogeny.
6. Timbang
larutan yang terbentuk (d gram)
7. Tentukan
sifat pelarutan asam sulfat dan hitung konsentrasinya dalam satuan persen berat
(%w/v).
E.
Pembuatan
indikator
1. Indicator
phenophtalen kisaran warna colorless-pink (1% dalam 50% etanol + 50% air.
2. Indicator
methyl Red kisaran warna pink-yellow (1% dalam 60% etanol + 40% air.
VI.
Data
Hasil Pengamatan
No
|
Langkah percobaan
|
Hasil percobaan
|
|
1
|
Membuat larutan 1
|
||
A
|
Mengamati botol ragen / bahan, dan
mencatat semua etiket yang tertera di label pada botol
|
Nama bahan : Natrium Hidroksida
Berat Molekul : 40,009 g/mol
Berat jenis bahan : 99%
Rumus kimia : NaOH
|
|
B
|
Menimbang NaOH sebanyak 4 gram dengan
neraca analitik dan meletakkan dalam gelas kimia
|
Menimbang gelas kimia : 44,7694 gram
Menimbang NaOH : 4 gram
|
|
C
|
Menambahkan akuades secukupnya dan
mengaduk agar semua bahan dapat terlarut
|
Larutan NaOH yang sudah diaduk semakin
larut dan terjadi pengembunan pada gelas kimia karena suhu larutan mulai
panas
|
|
D
|
Memindahkan larutan kedalam labu takar
1000 ml dan sampai batas biru labu takar dan menutup labu takar
|
Pada
penambahan akuades, warna tiba-tiba berubah menjadi bening keunguan. Namun
saat penambahan akuades hampir mencapai batas warna kembali ke semula
|
|
E
|
Mengocok
dengan cara bolak-bailk larutan tersebut sebanyak tiga kali
|
Setelah
kocokkan selesai terdapat gelembung pada permukaan labu takar
|
|
F
|
Menghitung
konsentrai larutan dalam satuan molaritas
|
Molaritas =
![]() ![]()
=
![]() ![]() |
|
2
|
Membuat
larutan 2
|
||
A
|
Memasukkan
24,86 ml HCL kedalam labu takar 100 ml yang telah di isi dengan akuades
|
Suhu
larutan menjadi hangat. Karena HCL yang bersuhu panas dicampur dengan sedikit
akuades
|
|
B
|
Tambahkan lagi
akuades sampai tanda tera/batas pada labu takar
|
Pada saat
memasukan akuades ke dalam labu takar akan terlihat suatu perbedaan massa
jenis dimana akan terlihat seperti menggumpal pada saat dimasukan namun
akhirnya akan tercampur
|
|
C
|
Mengocok
labu takar dengan cara membalik-balikkan labu takar ke dua arah yaitu keatas
kebawah
|
Suhu
larutan menjadi lebih dingin dari pada sebelumnya
|
|
3
|
Pengenceran
|
||
A
|
Mengambil
larutan HCL sebanyak 33,34 ml dengan menggunakan pipet gondok sebanyak 25 ml,
pipet volum sebanyak 5 ml dan 3,34 ml kedalam labu alas bulat 1000 ml
|
Saat
larutan HCL masih belum ditambahkan akuades atau belum diencerkan, larutan
lebih pekat dan berwarna bening pekat serta tidak ada gelembung-gelembung
|
|
B
|
Tambahkan
akuades sampai tanda batas pada alas bulat 1000 ml
|
Pada saat
menambahkan akuades kedalam labu alas bulat, volume larutan bertambah
|
|
C
|
Kocok labu
alas bulat tersebut kedua arah yaitu atas dan bawah
|
||
D
|
Amati
perubahan yang terjadi
|
Setelah
diamati, larutan yang telah diencerkan tadi menjadi lebih encer, warnanya
agak keruh dan terdapat gelembung-gelembung kecil
|
|
4
|
Pembuatan Larutan Standar H2SO4
|
||
A
|
Menimbang
labu takar 100 ml kosong
|
57,35 gram
|
|
B
|
Mengisi
labu takar 100 ml dengan akuades lagi
|
71 gram
dengan suhu 27oC
|
|
C
|
Mengambil
sejumlah tertentu H2SO4 10,86 ml pekat. Masukan kedalam labu takar nomor 2
dan menimbangnya
|
82,66 gram
dengan suhu 38oC
|
|
D
|
Mengamati
perubahan yang terjadi
|
Larutan
mengental/pekat dan agak sedikit hangat
|
|
E
|
Tepatkan
volume labu takar dengan akuades sam
pai tanda
tera/batas, kocok hingga homogen
|
Larutan
H2SO4 yang pekat menyati dengan air dan beratnya belum ditimbang
|
|
5
|
Pembuatan Indikator
|
||
A
|
Pipet
etanol 5 ml diambil menggunakan pipet volume. Masukan kedalam gelas kimia
yang berisi phenoptalen 0,1 gram. Masukan larutan tersebut ke labu takar
|
Warna putih
|
|
B
|
Pipet
etanol 5 ml dan akuades ke methly red kedalam gelas kimia. Masukan kedalam
labu takar lalu dikocok
|
Warna merah
|
VII.
Perhitungan
dan Pembahasan
A.
Perhitungan
1. Pembuatan larutan 1
Molaritas =
x


=
x
= 0,1 M


2. Pembuatan larutan 2



3. Pengenceran



N1V1=N2V2
0,91 x 33,34 = N2 x 1000 ml
N2 = 0,03033 N
4. Pembuatan larutan standar
H2SO4
Persen
berat per volume
=
berat zat terlarut : 100 gr larutan
= (berat larutan dan akuades dalam labu takar-
berat akuades dan labu takar) : 100 gr larutan
=
(82,66 – 71) gram : 100 gram
=
11,66 : 100
=
0,1166
B. Pembahasan
1.
Pembuatan
larutan 1
Pertama-tama,
mengamati botol ragen/bahan, lalu mencatat semua etiket yang tertera di label
pada botol seperti :
Nama
bahan : NaOH
Berat
molekul : 40,00 gram/mol
Berat
jenis : 1 kg
Rumus
kimia : NaOH ( Na+ + OH-)
Setelah
mencatat semua etiket, dilanjutkan dengan menimbang NaOH sebanyak 4 gram
menggunakan neraca analitik dan meletakkan NaOH tersebut kedalam gelas kimia.
Kemudian menambahkan akuades secukupnya dan mengaduknya agar semua bahan dapat
larut, lalu mengamati perubahan yang terjadi. Setelah mengamati perubahan yang
terjadi, dilanjutkan dengan memindahkan larutan tersebut kedalam labu takar
1000 ml, dan menambahkan akuades kembali sampai tanda tera/batas , lalu menutup
labu takar. Setelah menutup labu takar, dilanjutkan dengan mengocoknya dengan
cara membalik-balikan labu takar kedua arah yaitu keatas dan kebawah.
Hasil
pengamatan kami, NaOH yang ditambahkan sedikit air warnanya murni. Tetapi
setelah diaduk, larutan itu terasa hangat dan memanas serta terjadi penguapan.
Setelah
itu, kami memasukannya kedalam gelas ukur dan menambahkan akuades sebanyak 1000
ml. Hasilnya, warnanya berubah menjadi bening keunguan. Setelah itu kami
mengocoknya keatas dan kebawah. Kocokan pertama warna ungunya tidak terlalu
hilang. Setelah kocokan ke 2 dan 3 warnanya semakin memudar.
Natrium
hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik, soda api, atau sodium
hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium hidroksida terbentuk
dari oksida basa Natrium oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida
membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Natrium
hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet,
serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50% yang biasa disebut larutan
sorensen. Ia bersifat lembab cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida
dari udara bebas. Ia sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika
dilarutkan, karena pada proses pelarutannya dalam air bereaksi secara
eksotermis. Ia juga larut dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam
kedua cairan ini lebih kecil daripada kelarutan KOH. Ia tidak larut dalam
dietil eter dan pelarut non-polar lainnya. Larutan NaOH ini akan meninggalkan
noda kuning pada kain dan kertas.
Sehingga
dapat disimpulkan bahwa NaOH akan terasa hangat atau memanas ketika dilarutkan
dengan air karena pada proses pelarutannya dalam air bereaksi secara
eksotermis. Reaksi eksotermis adalah reaksi yang membebaskan kalor dari sistem
ke lingkungan.
2.
Pembuatan
Larutan 2
Sebelum memasukkan
larutan HCl pekat ke dalam labu takar, terlebih dahulu memasukkan sedikit
akuades ke dalam labu takar, karena larutan HCl pekat ini bersuhu panas. Hal
ini dilakukan agar labu takar tidak pecah akibat suhu panas dari larutan HCl.
Saat larutan HCl dimasukkan ke dalam labu takar, suhu larutan menjadi lebih
hangat karena suhu panas dari larutan HCl bercampur dengan suhu dingin dari
akuades.
Pada saat air
ditambahkan lagi pada labu takar sampai batas/tera akan terlihat seperti
menggumpal atau larutan didalamnya seperti terdorong. Hal ini dapat terjadi
karena perbedaan kepadatan dari larutan yaitu larutan HCl bersipat pekat dan
larutan akuades bersifat cair. Dan setelah dikocok dengan cara
membolak-balikkan labu takar kedua arah yaitu keatas dan kebawah, maka akan
terlihat butiran-butiran seperti Kristal kecil yang terbentuk di dalam labu
takar.
Rumus kimianya : HCl → H+ + Cl-.
3.
Pengenceran
Percobaan
pada pengenceran, saat mengambil larutan HCl dari prosedur II, hasil
pengamatannya tidak ada perubahan yang terjadi larutannya tetap berwarna bening
pekat dan tidak ada gelembung-gelembung. Kemudian larutan HCl tesebut diambil sebanyak 33,34
ml dengan menggunakan pipet gondok sebanyak 25 ml, pipet volum 5 ml dan 3,34 ml
lalu dimasukkan ke dalam labu takar 1000 ml.
Setelah
itu kami menambahkan aquadest hingga tanda batas pada labu alas
bulat lalu dihomogenkan dengan cara
membolak-balikkan labu takar tersebut kedua arah yaitu ke atas dan ke bawah. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Khopkar (1990) bahwa Pengenceran
adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan
pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar.
Kemudian setelah
beberapa saat kami diamkan dan diamati, kami melihat bahwa terjadi perubahan
pada larutan. Larutan menjadi lebih encer dan larutan yang semulanya bening
terlihat sedikit keruh, lalu kami juga melihat terdapat gelembung-gelembung
kecil pada larutan.
4.
Pembuatan
larutan standar H2SO4
Pada
pecobaan pembuatan larutan H2SO4 ketika kita menambahkan
H2SO4 kedalam labu takar yang sebelumnya telah berisi air
suhu larutan menjadi lebih tinggi yaitu dari 27°C menjadi 38°C.
Setelah
larutan tesebut kita kocok hingga homogeny larutan menjadi agak sedikit pekat
dan hangat. Hal ini terjadi karena larutan pada awalnya bersifat cair, tetapi
setelah ditambahkan dengan larutan H2SO4 yang besdifat
pekat, maka akan mengubah larutan yang walnya cair menjadi lebih cair karena
telah menjadi larutan homogeny.
Rumus kimianya : H2SO4 → H+
+ SO42-
5.
Pembuatan
Indikator
Sebelum
melakukan percobaan, terlebih dahulu kita menimbang alat yang akan digunakan
dalam pembuatan indikator seperti gelas kimia yang beratnya 44,09 gram,
phenophtalen 0,1 gram dan methyl red yang didapat dari:
massa
PP = 1% x 10 ml (banyak larutan yang akan dibuat)
= 1/100
x 10 ml = 0,1 gram
massa
methyl red = 1% x 10 ml (banyak larutan yang akan dibuat)
= 1/100
x 10 ml = 0,1 gram
a.
Pembuatan indikator
phenophtalen kisaran warna colorless-pink
Pada percobaan, etanol sebanyak 5 ml
diambil menggunakan pipet volume kemudian dimasukan kedalam gelas kimia yang
berisi phenophtalen 0,1 gram, kemudian dicampurkan dengan air yang sudah
diambil menggunakan pipet, kemudian teteskan air tersebut sampai 10 ml pada
gelas kimia, lalu diaduk. Pindahkan larutan itu ke labu takar 10 ml. Warna
larutan tersebut berwarna putih atau tidak berwarna.
Phenophtalen adalah senyawa organik
yang mempunyai rumus C20H14O4, berbentuk
padatan kristal, tidak berwarna serta larut dalam alkohol dan pelarut organik.
Ketika dalam larutan asam tidak berwarna.
Pada percobaan, ketika phenoptalen
dicampur dengan etanol dan air, larutan indikator ini menjadi tidak berwarna.
Dapat kita simpulkan bahwa larutan indikator ini tidak berwarna karna dalam
suasana asam, etanol dan air merupakan pelarut yang netral, sedangkan
phenophtalen sudah mengandung asam lemah, karena phenophtalen merupakan bentuk
asam lemah yang lain.
b.
Pembuatan indikator
Methyl Red kisaran warna pink-yellow
Pada percobaan, etanol sebanyak 5 ml
diambil menggunakan pipet volume, kemudian dimasukan kedalam gelas kimia yang
berisi methyl red 0,1 gram, kemudian dicampurkan dengan air yang sudah diambil
menggunakan pipet, kemudian teteskan air tersebut kedalam gelas kimia sampai 10
ml, lalu diaduk. Setelah diaduk, pindahkan larutan tersebut ke dalam labu takar
10 ml. Warna larutan tersebut berwarna merah.
Methyl Red adalah senyawa organik
yang memiliki rumus kimia C15H15N3O2,
senyawa ini banyak dipakai untuk indikator asam basa.
Dalam larutan asam, indikator ini
berwarna merah dan berwarna kuning dalam larutan basa. Pada percobaan, larutan
indikator berwarna merah mungkin campuran pada larutan indikator ini mengandung
asam.
VIII.
Kesimpulan
Dari hasil percobaan, dapat kami simpulkan bahwa :
·
Pada larutan 1 kerika
padatan NaOH di campur dengan air akan mengubah suhu air menjadi lebi panas dan
mengubah warna air menjadi bening keunguan. Dan ketika pada kocokan ke dua dan
ketiga warna larutan memudar.
·
Pada larutan 2 ketika HCl
di masukkan ke dalam labu takar yang telah diisi air, larutan menjadi lebih
hangat. Hal ini terjadi karena larutan HCl bersuhu panas. Dan ketika
ditambahkan air ke dalam labu takar tersebut, akan terlihat seperti menggumpal
namun akan langsung bercampur dengan larutan dan akan terlihat seperti ada
Kristal-kristal kecil dalam larutan
·
Pada pengenceran
·
Pada pembuatan larutan
standar H2SO4, pelarut berupa air akan menyatu dengan
terlarut yaitu H2SO4 membentuk
larutan homogeny yaitu larutan yang tidak dapat dibedakan antara pelarut dan
terlarut.
·
Pada pembuatan indikator
larutan indikator phenophtalen yang berwarna putih setelah ditambahkan etanol
dan akuades akan tetap warnanya
IX.
Daftar Pustaka
Bird,Tony. 1987.”Kimia Fisika Untuk
Universitas”, Jilid 1. Jakarta: PT.Gramedia.
Charles. W Keenan, dkk. 1979. Kimia untuk Universitas. Jakarta:
Erlangga.
Purba, Michael. 2004. KIMIA untuk SMA kelas XII. Jakarta :
Erlangga.
Sukardjo. 1994. KIMIA FISIKA. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Tim
penyusun. 2015. Penuntun Praktikum “Kimia
Dasar II”. Palangka Raya: Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan
MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Palangka Raya
X.
Lampiran
Pada
laporan ini kami melampirkan laporan sementara dari hasil praktikum.
Nice read thank
ReplyDelete