Pembuatan larutan standar, menghitung konsentrasi dan pengenceran serta larutan indikator

I.           Topik Percobaan
Pembuatan larutan standar, menghitung konsentrasi dan pengenceran serta larutan indikator
II.        Tujuan Percobaan
Pada praktikum ini memiliki tujuan:
III.     Dasar Teori
A.       Larutan Baku/Larutan Standar
1.   Pengertian Larutan Baku/Larutan Standar
Larutan baku/ larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui. Larutan baku biasanya berfungsi sebagai titran sehingga ditempatkan buret, yang sekaligus berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku. Larutan yang akan ditentukan konsentrasinya atau kadarnya, diukur volumenya dengan menggunakan pipet volumetri dan ditempatkan di erlenmeyer. (Michael J. Bassett 1994)
a.         Larutan Baku Primer
Larutan yang mengandung zat padat murni yang konsentrasi larutannya diketahui secara tepat melalui metode gravimetri (perhitungan massa), dapat digunakan untuk menetapkan konsentrasi larutan lain yang belum diketahui. Nilai konsentrasi dihitung melalui perumusan sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti dari zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu.
Contoh: K2Cr2O7, As2O3, NaCl, asam oksalat, asam benzoat.
Syarat-syarat larutan baku primer :
1)        Zat harus mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin pada suhu 110-120 derajat celcius) dan disimpan dalam keadaan murni. (Syarat ini biasanya tak dapat dipenuhi oleh zat- zat terhidrasi karena sukar untuk menghilangkan air-permukaan dengan lengkap tanpa menimbulkan pernguraian parsial.)
2)        Zat harus tidak berubah berat dalam penimbangan di udara; kondisi ini menunjukkan bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula dioksidasi oleh udara atau dipengaruhi karbondioksida.
3)        Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji- uji kualitatif dan kepekaan tertentu.
4)        Zat tersebut sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekuivalen yang besar.
5)        Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih.
6)        Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi harus bersifat stoikiometrik dan langsung (Michael J. Bassett 1994).
b.        Larutan baku sekunder
Larutan suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan tepat karena berasal dari zat yang tidak pernah murni. Konsentrasi larutan ini ditentukan dengan pembakuan menggunakan larutan baku primer, biasanya melalui metode titrimetri. Contoh: AgNO3, KmnO4, Fe(SO4)2.
Syarat-syarat larutan baku sekunder :
1)        Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer
2)        Mempunyai berat ekivalen yang tinggi untuk memperkecil kesalahan penimbangan
3)        Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan.
2.  Komponen larutan
Larutan dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
a)         Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut) kurang dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang partikel- partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi (masih bisa melarutkan zat). Larutan tak jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion < Ksp berarti larutan belum jenuh ( masih dapat larut).
b)        Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang larut dan mengadakan kesetimbangn dengan solut padatnya. Atau dengan kata lain, larutan yang partikel- partikelnya tepat habis bereaksi dengan pereaksi (zat dengan konsentrasi maksimal). Larutan jenuh terjadi apabila bila hasil konsentrasi ion = Ksp berarti larutan tepat jenuh.
c)         Larutan sangat jenuh (kelewat jenuh) yaitu suatu larutan yang mengandung lebih banyak solute daripada yang diperlukan untuk larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan. Larutan sangat jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion > Ksp berarti larutan lewat jenuh (mengendap).
Berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut, larutan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
a)         Larutan pekat yaitu larutan yang mengandung relatif lebih banyak solute dibanding solvent.
b)        Larutan encer yaitu larutan yang relatif lebih sedikit solute dibanding solvent.
3.  Faktor-faktor yang mempengaruhi daya larut
Daya larut suatu zat dalam zat lain, dipengaruhi oleh :
a.         Jenis zat pelarut
b.         Jenis zat terlarut
c.         Temperatur dan,
d.        Tekanan
Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip, umumnya dapat saling bercampur baik, sedang yang tidak biasanya sukar bercampur ( Like Disolves Like ). Air dan alkohol bercampur sempurna ( completely miscible ), air dan eter bercampur sebagian ( partially miscible ), sedang air dan minyak sama sekali tidak bercampur ( completely immiscible ).
Pengaruh temperatur tergantung dari panas pelarutan:
·           Bila panas pelarutan ( ΔH ) negatif, daya larut turun dengan naiknya temperatur.
·           Bila panas pelarutan (ΔH ) positif daya larut naik dengan naiknya temperatur.
B.       Konsentrasi Larutan
Konsentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut dalam suatu larutan. Apabila zat terlarut banyak sekali sedangkan pelarutnya sedikit maka dikatakan bahwa larutan itu pekat atau konsentrasinya sangat tinggi. Sebaliknya, apbila pelarutnya sangat banyak, maka dikatakan bahwa larutan itu encer atau konsentrasinya sangat rendah.
Konsentrasi larutan dapat dinyatakan dengan beberapa cara yaitu :
·           Persen volume
Menyatakan jumlah liter zat terlarut dalam 100 liter larutan. Misalnya : alkohol 76 %. Berarti dalam 100 liter larutan alkohol terdapat 76 liter alkohol murni.
·           Pesen berat / Persen Massa
Persen massa menyatakan jumlah gram zat terlarut dalam 100 gram larutan.Misalnya : sirop merupakan larutan gula 80%. Artinya dalam 100 gram sirop terdapat 80 gram gula.
·           Molaritas
Molaritas disingkat dengan M menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam ! liter larutan. Misalnya : NaCl 0.1 M, berarti dalam 1 liter larutan terdapat 0.1 mol NaCl atau 5.85 gram NaCl.
·           Normalitas
Normalitas  disingkat dengan huruf N menyatakan jumlah ekivalen zat terlarut dalam 1 liter larutan.
·           Molalitas
Molalitas atau disingkat m menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1000 gram pelarut.
·           Parts Per Million dan Parts Per Billion
Parts Per Million (ppm) menyatakan mg zat terlarut dalam 1 kg atau 1 liter larutan. Jika larutan sangat encer digunakan satuan konsentrasi Parts Per Million, ppm (bagian per sejuta), dan Parts Per Billion, ppb (bagian per milliard). Satu ppm ekivalen dengan 1 mg zat terlarut dalam 1 L larutan. Satu ppb 1 mg zat terlarut per 1 larutan.
·           Fraksi mol ( NA )
Fraksi mol adalah jumlah mol dibagi atau jumlah mol terlarut dibagi jumlah mol larutan. Seperti halnya dengan molalitas, fraksi mol banyak digunakan untuk mempelajari sifat-sifat koligatif larutan.
C.       Pengenceran Larutan
Proses pengenceran larutan adalah perubahan kepekatan larutan dari suatu larutan yang pekat menjadi larutan yang kurang pekat.Untuk menentukan larutan standar maka dapat digunakaan persamaan sebagai berikut : (Nachtrieb, N.H. 2001)
 Text Box: M1V1=M2V2
Keterangan : M1: Molaritas larutan induk
M2: Molaritas larutan standar yang dibuat
V1: Volume larutan yang dipakai
V2: Volume larutan standar yang di buat
D.       Indikator
Indikator adalah suatu senyawa kompleks yang dapat bereaksi dengan asam dan basa. Dengan indikator, kita dapat mengetahui suatu zat bersifat asam dan basa. Indikator juga dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kekuatan suatu asam atau basa. Beberapa indikator terbuat dari zat warna alami tanaman, tetapi ada juga beberapa indikator yang dibuat secara sintesis di laboratorium. Indikator yang sering tersedia di laboratorium adalah kertas lakmus karena praktis dan harganya murah.
Kita mengenal dua jenis kertas lakmus, yaitu lakmus merah dan biru. Pada larutan asam, kertas lakmus selalu berwarna merah, sedangkan dalam larutan basa kertas lakmus selalu berwarna biru. Jadi, larutan asam akan mengubah kertas lakmus warna biru menjadi merah dan larutan basa akan mengubah warna lakmus merah menjadi biru. 
Beberapa jenis tanaman dapat pula dijadikan sebagai indikator. Salah satu tanaman yang dapat pula dijadikan sebagai indikator adalah tanaman bunga hydrangea. Warna bunga hydrangea bergantung pada keasaman tanah. Bunga hydrangea yang berwarna merah jambu (pink) akan berubah menjadi biru apabila ditanam di tanah yang terlalu asam. Lakmus dan bunga hydrangea merupakan salah satu contoh indikator pH. 
Syarat dapat tidaknya suatu zat dijadikan indicator asam basa adalah terjadinya perubahan warna apabila suatu indikator diteteskan pada larutan asam dan larutan basa. Untuk menguji sifat asam basa suatu zat selalu digunakan dalam bentuk larutan, karena dalam bentuk larutan sifat pembawaan asam dan basa lebih mudah dideteksi. 
 IV.   Alat dan Bahan
No
Nama Alat Dan Bahan
Banyak Bahan

1
Membuat Larutan 1


A
Botol Bahan Naoh
1

C
Neraca Analitik
1

D
Gelas Kimia
Ukuran Sedang

E
Aquades
Secukupnya

F
Pengaduk
1

G
Labu Takar 1000 mL
1

2
Membuat Larutan 2


A
Botol Bahan HCL
1

B
Labu Takar 100 mL
1

C
Pipet Skala 25 mL
1

D
Karet Penghisap
1

E
Aquades
Secukupnya

3
Pengenceran


A
Larutan HC
Secukupnya

B
Labu Takar 1000 mL
1

C
Aquades
Secukupnya

4
Membuat Larutan Standar H2SO4


A
Labu Takar 100 mL
1

B
Aquades
Secukupnya

C
Neraca Analitik
1

5
Pembuatan Indikator


A
Gelas Kimia
2

B
Labu Takar
2

C
Pipet Volume
1

D
Pipet Gondok
2

E
Karet Penghisap
2

F
Neraca Analitik
1

G
Pengaduk
1

H
Methyl Red
Secukupnya

I
Etanol
Secukupnya

J
Aquades
Secukupnya


V.        Prosedur Kerja
A.    Membuat larutan 1
1.      Mengamati botol ragen/bahan. Catat semua etiket yang tertera di label botol seperti : nama bahan, berat molekul bahan, berat jenis bahan, kemurnian bahan, serta rumus kimia bahan.
2.      Menimbang NaOH sebanyak 4 gram dengan neraca analitik dan meletakkannya id dalam gelas kimia.
3.      Menambahkan akuades secukup dan diaduk agar semua bahan dapat larut.
4.      Mengamati perubahan yang terjadi
5.      Memindakan larutan tadi kedalam labu takar 1000 ml, dan menambahkan akuades kembali sampai tanda tera/batas. Tutup tabu takar ke dua arah yaitu keatas dan kebawah.
6.      Kocok dengan cara membalik-balikkan labu takar kedua arah yaitu keatas dan ke bawah.
7.      Hitung konsentrasi larutan yang anda buat dalam satuan molaritas (M)
B.     Membuat larutan II
1.      Mengamati botol ragen/bahan. Catat semua etiket yang tertera di label botol seperti : nama bahan, berat molekul bahan, berat jenis bahan, kemurnian bahan, serta rumus kimia bahan.
2.      Memipet 24,86 ml HCl pekat
3.      Memasukkan HCl ke dalam labu takar 100 ml yang terlebih dahulu diisi dengan sedikit akuades.
4.      Mengamati perubahan yang terjadi.
5.      Menambahkan akuades sampai tanda tera/batas.
6.      Kocok dengan cara membalik-balikkan labu takar kedua arah yaitu keatas dan ke bawah.
7.      Hitung konsentrasi larutan yang anda buat dalam satuan molaritas (M)
C.    Pengenceran
1.      Pipet 33,34 ml larutan HCl dari prosedur II kemudian masukkan ke dalam labu takar 1000 ml.
2.      Tambahkan akuades sampat tanda tera/batas. Kocok dengan cara membalik-balikkan labu takar kedua arah yaitu keatas dan ke bawah.
3.      Hitung konsentrasi HCl dalam satuan molaritas (M)
D.    Pembuatan larutan standar H2SO4
1.      Timbanglah labu takar 100 ml kosong (a gram)
2.      Isi labu takar 100 ml dengan akuades sampai kurang lebih ¾ nya dan timbang (b gram)
3.      Ambil 10,86 ml H2SO4 pekat, masukkan kedalam labu takar no.2 dan timbang (c gram)
4.      Amati perubahan yang terjadi.
5.      Tepatkan volume labu takar dengan akuades sampat tanda tera/batas, kocok hingga homogeny.
6.      Timbang larutan yang terbentuk (d gram)
7.      Tentukan sifat pelarutan asam sulfat dan hitung konsentrasinya dalam satuan persen berat (%w/v).
E.     Pembuatan indikator
1.      Indicator phenophtalen kisaran warna colorless-pink (1% dalam 50% etanol + 50% air.
2.      Indicator methyl Red kisaran warna pink-yellow (1% dalam 60% etanol + 40% air.
VI.        Data Hasil Pengamatan
No
Langkah percobaan
Hasil percobaan
1
Membuat larutan 1
A
Mengamati botol ragen / bahan, dan mencatat semua etiket yang tertera di label pada botol
Nama bahan : Natrium Hidroksida
Berat Molekul : 40,009 g/mol
Berat jenis bahan : 99%
Rumus kimia : NaOH
B
Menimbang NaOH sebanyak 4 gram dengan neraca analitik dan meletakkan dalam gelas kimia
Menimbang gelas kimia : 44,7694 gram
Menimbang NaOH : 4 gram
C
Menambahkan akuades secukupnya dan mengaduk agar semua bahan dapat terlarut
Larutan NaOH yang sudah diaduk semakin larut dan terjadi pengembunan pada gelas kimia karena suhu larutan mulai panas
D
Memindahkan larutan kedalam labu takar 1000 ml dan sampai batas biru labu takar dan menutup labu takar
Pada penambahan akuades, warna tiba-tiba berubah menjadi bening keunguan. Namun saat penambahan akuades hampir mencapai batas warna kembali ke semula
E
Mengocok dengan cara bolak-bailk larutan tersebut sebanyak tiga kali
Setelah kocokkan selesai terdapat gelembung pada permukaan labu takar
F
Menghitung konsentrai larutan dalam satuan molaritas

Molaritas = x
 = x= 0,1 M
2
Membuat larutan 2
A
Memasukkan 24,86 ml HCL kedalam labu takar 100 ml yang telah di isi dengan akuades
Suhu larutan menjadi hangat. Karena HCL yang bersuhu panas dicampur dengan sedikit akuades
B
Tambahkan lagi akuades sampai tanda tera/batas pada labu takar
Pada saat memasukan akuades ke dalam labu takar akan terlihat suatu perbedaan massa jenis dimana akan terlihat seperti menggumpal pada saat dimasukan namun akhirnya akan tercampur
C
Mengocok labu takar dengan cara membalik-balikkan labu takar ke dua arah yaitu keatas kebawah
Suhu larutan menjadi lebih dingin dari pada sebelumnya



3
Pengenceran
A
Mengambil larutan HCL sebanyak 33,34 ml dengan menggunakan pipet gondok sebanyak 25 ml, pipet volum sebanyak 5 ml dan 3,34 ml kedalam labu alas bulat 1000 ml
Saat larutan HCL masih belum ditambahkan akuades atau belum diencerkan, larutan lebih pekat dan berwarna bening pekat serta tidak ada gelembung-gelembung
B
Tambahkan akuades sampai tanda batas pada alas bulat 1000 ml
Pada saat menambahkan akuades kedalam labu alas bulat, volume larutan bertambah
C
Kocok labu alas bulat tersebut kedua arah yaitu atas dan bawah

D
Amati perubahan yang terjadi
Setelah diamati, larutan yang telah diencerkan tadi menjadi lebih encer, warnanya agak keruh dan terdapat gelembung-gelembung kecil
4
Pembuatan Larutan Standar H2SO4
A
Menimbang labu takar 100 ml kosong
57,35 gram
B
Mengisi labu takar 100 ml dengan akuades lagi
71 gram dengan suhu 27oC
C
Mengambil sejumlah tertentu H2SO4 10,86 ml pekat. Masukan kedalam labu takar nomor 2 dan menimbangnya
82,66 gram dengan suhu 38oC
D
Mengamati perubahan yang terjadi
Larutan mengental/pekat dan agak sedikit hangat
E
Tepatkan volume labu takar dengan akuades sam
pai tanda tera/batas, kocok hingga homogen
Larutan H2SO4 yang pekat menyati dengan air dan beratnya belum ditimbang
5
Pembuatan Indikator
A
Pipet etanol 5 ml diambil menggunakan pipet volume. Masukan kedalam gelas kimia yang berisi phenoptalen 0,1 gram. Masukan larutan tersebut ke labu takar
Warna putih
B
Pipet etanol 5 ml dan akuades ke methly red kedalam gelas kimia. Masukan kedalam labu takar lalu dikocok
Warna merah

VII.   Perhitungan dan Pembahasan
A.        Perhitungan
1.      Pembuatan larutan 1
Molaritas = x
 = x= 0,1 M
2.      Pembuatan larutan 2

3.      Pengenceran
N1V1=N2V2
0,91 x 33,34 = N2 x 1000 ml
N2 = 0,03033 N
4.      Pembuatan larutan standar H2SO4
Persen berat per volume
= berat zat terlarut : 100 gr larutan
 = (berat larutan dan akuades dalam labu takar- berat akuades dan labu takar) : 100 gr larutan
= (82,66 – 71) gram : 100 gram
= 11,66 : 100
= 0,1166
B.     Pembahasan
1.         Pembuatan larutan 1
Pertama-tama, mengamati botol ragen/bahan, lalu mencatat semua etiket yang tertera di label pada botol seperti :
Nama bahan : NaOH
Berat molekul : 40,00 gram/mol
Berat jenis : 1 kg
Rumus kimia : NaOH ( Na+ + OH-)
Setelah mencatat semua etiket, dilanjutkan dengan menimbang NaOH sebanyak 4 gram menggunakan neraca analitik dan meletakkan NaOH tersebut kedalam gelas kimia. Kemudian menambahkan akuades secukupnya dan mengaduknya agar semua bahan dapat larut, lalu mengamati perubahan yang terjadi. Setelah mengamati perubahan yang terjadi, dilanjutkan dengan memindahkan larutan tersebut kedalam labu takar 1000 ml, dan menambahkan akuades kembali sampai tanda tera/batas , lalu menutup labu takar. Setelah menutup labu takar, dilanjutkan dengan mengocoknya dengan cara membalik-balikan labu takar kedua arah yaitu keatas dan kebawah.
Hasil pengamatan kami, NaOH yang ditambahkan sedikit air warnanya murni. Tetapi setelah diaduk, larutan itu terasa hangat dan memanas serta terjadi penguapan.
Setelah itu, kami memasukannya kedalam gelas ukur dan menambahkan akuades sebanyak 1000 ml. Hasilnya, warnanya berubah menjadi bening keunguan. Setelah itu kami mengocoknya keatas dan kebawah. Kocokan pertama warna ungunya tidak terlalu hilang. Setelah kocokan ke 2 dan 3 warnanya semakin memudar.
Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik, soda api, atau sodium hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium hidroksida terbentuk dari oksida basa Natrium oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50% yang biasa disebut larutan sorensen. Ia bersifat lembab cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan, karena pada proses pelarutannya dalam air bereaksi secara eksotermis. Ia juga larut dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil daripada kelarutan KOH. Ia tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non-polar lainnya. Larutan NaOH ini akan meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa NaOH akan terasa hangat atau memanas ketika dilarutkan dengan air karena pada proses pelarutannya dalam air bereaksi secara eksotermis. Reaksi eksotermis adalah reaksi yang membebaskan kalor dari sistem ke lingkungan.
2.         Pembuatan Larutan 2
Sebelum memasukkan larutan HCl pekat ke dalam labu takar, terlebih dahulu memasukkan sedikit akuades ke dalam labu takar, karena larutan HCl pekat ini bersuhu panas. Hal ini dilakukan agar labu takar tidak pecah akibat suhu panas dari larutan HCl. Saat larutan HCl dimasukkan ke dalam labu takar, suhu larutan menjadi lebih hangat karena suhu panas dari larutan HCl bercampur dengan suhu dingin dari akuades.
Pada saat air ditambahkan lagi pada labu takar sampai batas/tera akan terlihat seperti menggumpal atau larutan didalamnya seperti terdorong. Hal ini dapat terjadi karena perbedaan kepadatan dari larutan yaitu larutan HCl bersipat pekat dan larutan akuades bersifat cair. Dan setelah dikocok dengan cara membolak-balikkan labu takar kedua arah yaitu keatas dan kebawah, maka akan terlihat butiran-butiran seperti Kristal kecil yang terbentuk di dalam labu takar.
Rumus kimianya : HCl → H+ + Cl-.
3.         Pengenceran
Percobaan pada pengenceran, saat mengambil larutan HCl dari prosedur II, hasil pengamatannya tidak ada perubahan yang terjadi larutannya tetap berwarna bening pekat dan tidak ada gelembung-gelembung. Kemudian larutan HCl tesebut diambil sebanyak 33,34 ml dengan menggunakan pipet gondok sebanyak 25 ml, pipet volum 5 ml dan 3,34 ml lalu dimasukkan ke dalam labu takar 1000 ml.
       Setelah itu kami menambahkan aquadest hingga tanda batas pada labu alas bulat lalu dihomogenkan dengan cara membolak-balikkan labu takar tersebut kedua arah yaitu ke atas dan ke bawah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Khopkar (1990) bahwa Pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar.
       Kemudian setelah beberapa saat kami diamkan dan diamati, kami melihat bahwa terjadi perubahan pada larutan. Larutan menjadi lebih encer dan larutan yang semulanya bening terlihat sedikit keruh, lalu kami juga melihat terdapat gelembung-gelembung kecil pada larutan.
4.         Pembuatan larutan standar H2SO4
Pada pecobaan pembuatan larutan H2SO4 ketika kita menambahkan H2SO4 kedalam labu takar yang sebelumnya telah berisi air suhu larutan menjadi lebih tinggi yaitu dari 27°C menjadi 38°C.
Setelah larutan tesebut kita kocok hingga homogeny larutan menjadi agak sedikit pekat dan hangat. Hal ini terjadi karena larutan pada awalnya bersifat cair, tetapi setelah ditambahkan dengan larutan H2SO4 yang besdifat pekat, maka akan mengubah larutan yang walnya cair menjadi lebih cair karena telah menjadi larutan homogeny.
Rumus  kimianya : H2SO4 → H+ + SO42-
5.         Pembuatan Indikator
Sebelum melakukan percobaan, terlebih dahulu kita menimbang alat yang akan digunakan dalam pembuatan indikator seperti gelas kimia yang beratnya 44,09 gram, phenophtalen 0,1 gram dan methyl red yang didapat dari:
massa PP = 1% x 10 ml (banyak larutan yang akan dibuat)
 =  1/100 x 10 ml = 0,1 gram
massa methyl red = 1% x 10 ml (banyak larutan yang akan dibuat)
 =  1/100 x 10 ml = 0,1 gram
a.         Pembuatan indikator phenophtalen kisaran warna colorless-pink
Pada percobaan, etanol sebanyak 5 ml diambil menggunakan pipet volume kemudian dimasukan kedalam gelas kimia yang berisi phenophtalen 0,1 gram, kemudian dicampurkan dengan air yang sudah diambil menggunakan pipet, kemudian teteskan air tersebut sampai 10 ml pada gelas kimia, lalu diaduk. Pindahkan larutan itu ke labu takar 10 ml. Warna larutan tersebut berwarna putih atau tidak berwarna.
Phenophtalen adalah senyawa organik yang mempunyai rumus C20H14O4, berbentuk padatan kristal, tidak berwarna serta larut dalam alkohol dan pelarut organik. Ketika dalam larutan asam tidak berwarna.
Pada percobaan, ketika phenoptalen dicampur dengan etanol dan air, larutan indikator ini menjadi tidak berwarna. Dapat kita simpulkan bahwa larutan indikator ini tidak berwarna karna dalam suasana asam, etanol dan air merupakan pelarut yang netral, sedangkan phenophtalen sudah mengandung asam lemah, karena phenophtalen merupakan bentuk asam lemah yang lain.
b.         Pembuatan indikator Methyl Red kisaran warna pink-yellow
Pada percobaan, etanol sebanyak 5 ml diambil menggunakan pipet volume, kemudian dimasukan kedalam gelas kimia yang berisi methyl red 0,1 gram, kemudian dicampurkan dengan air yang sudah diambil menggunakan pipet, kemudian teteskan air tersebut kedalam gelas kimia sampai 10 ml, lalu diaduk. Setelah diaduk, pindahkan larutan tersebut ke dalam labu takar 10 ml. Warna larutan tersebut berwarna merah.
Methyl Red adalah senyawa organik yang memiliki rumus kimia C15H15N3O2, senyawa ini banyak dipakai untuk indikator asam basa.
Dalam larutan asam, indikator ini berwarna merah dan berwarna kuning dalam larutan basa. Pada percobaan, larutan indikator berwarna merah mungkin campuran pada larutan indikator ini mengandung asam.
VIII.    Kesimpulan
Dari hasil percobaan, dapat kami simpulkan bahwa :
·           Pada larutan 1 kerika padatan NaOH di campur dengan air akan mengubah suhu air menjadi lebi panas dan mengubah warna air menjadi bening keunguan. Dan ketika pada kocokan ke dua dan ketiga warna larutan memudar.
·           Pada larutan 2 ketika HCl di masukkan ke dalam labu takar yang telah diisi air, larutan menjadi lebih hangat. Hal ini terjadi karena larutan HCl bersuhu panas. Dan ketika ditambahkan air ke dalam labu takar tersebut, akan terlihat seperti menggumpal namun akan langsung bercampur dengan larutan dan akan terlihat seperti ada Kristal-kristal kecil dalam larutan
·           Pada pengenceran
·           Pada pembuatan larutan standar H2SO4, pelarut berupa air akan menyatu dengan terlarut yaitu H2SO4 membentuk larutan homogeny yaitu larutan yang tidak dapat dibedakan antara pelarut dan terlarut.
·           Pada pembuatan indikator larutan indikator phenophtalen yang berwarna putih setelah ditambahkan etanol dan akuades akan tetap warnanya
IX.    Daftar Pustaka
Bird,Tony. 1987.Kimia Fisika Untuk Universitas”, Jilid 1. Jakarta: PT.Gramedia.
Charles. W Keenan, dkk. 1979. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
Purba, Michael. 2004. KIMIA untuk SMA kelas XII. Jakarta : Erlangga.
Sukardjo. 1994. KIMIA FISIKA. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Tim penyusun. 2015. Penuntun Praktikum “Kimia Dasar II”. Palangka Raya: Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Palangka Raya
X.        Lampiran

Pada laporan ini kami melampirkan laporan sementara dari hasil praktikum.

Comments

Post a Comment

Popular Posts