MAKALAH BAHAYA DAN MASALAH MASA REMAJA
BAB II
ISI
Bahaya-bahaya pada Remaja
Seiring
dengan perkembangan fisik yang sangat cepat dapat berakibat pada masa remaja
yang tidak dapat menyesuaikan diri secara baik, sering menimbulkan
bahaya-bahaya yang muncul pada masa remaja. Menurut Hurlock (1991: 236-237)
Tidak semua remaja dapat memenuhi
tugas-tugas tersebut dengan baik. Menurut Hurlock
(1973) ada beberapa masalah yang dialami remaja dalam memenuhi tugas-tugas
tersebut, yaitu:
- Masalah pribadi, yaitu
masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi dan kondisi di rumah,
sekolah, kondisi fisik, penampilan, emosi, penyesuaian sosial, tugas dan
nilai-nilai.
- Masalah khas remaja, yaitu
masalah yang timbul akibat status yang tidak jelas pada remaja, seperti
masalah pencapaian kemandirian, kesalahpahaman atau penilaian berdasarkan
stereotip yang keliru, adanya hak-hak yang lebih besar dan lebih sedikit
kewajiban dibebankan oleh orangtua.
Selain itu, Hurlock juga berpendapat bahwa terdapat dua
bahaya yang dapat muncul pada masa remaja, yaitu:
1.
Bahaya fisik, yaitu bahaya yang
meliputi kematian, bunuh diri atau percobaan bunuh diri, cacat fisik,
kecanggungan, dan kekakuan
2.
Bahaya psikis, yaitu bersekitar
kegagalan menjalani peralihan psikologis ke arah kematangan yang merupakan
tugas perkembangan masa remaja yang penting.
Adapun
bahaya psikologis akibat dari ketidak mampuan penyesuaian diri remaja biasanya
ditandai dengan tidak bertanggung jawab, tampak dalam perilaku mengabaikan
pelajaran, sikap yang sangat agresif dan sangat yakin pada diri sendiri, perasaan
tidak aman, yang menyebabkan remaja patuh mengikuti standar-standar kelompok,
merasa ingin pulang bila berada jauh dari lingkungan yang dikenal, terlalu
banyak berhayal untuk mengimbangi ketidakpuasan yang diperoleh dalam kehidupan
sehari-hari, mundur ke tingkat perilaku yang sebelumnya agar supaya disenangi
dan diperhatikan serta menggunakan mekanisme pertahanan seperti rasionalisasi,
proyeksi, berkhayal, dan memindahkan.
Selain bahaya yang muncul pada masa
remaja, remaja juga sering melakukan antisocial atau yang sering dikenal dengan
Juvenile Delinguince yaitu tindakan pelanggaran/kejahatan yang dilakukan remaja
yang menjurus pelanggaran hokum. Adapun sebab-sebab terjadinya antara lain:
1.
Personality individu sendiri,
seperti :
a.
Mempunyai kepribadian yang lemah
karena lingkungan pembentuk psikis yang tidak tepat
b.
Ciri-ciri kepribadian, seperti yang
dinyatakan oleh Conger, 1973, Haditono, 1999, remaja yang terlalu PD,
memberontak, ambivalen terhadap otoritas, mendendam, bermusuhan, curiga,
destruktif, implusif, dan kontrol batin yang kurang
c.
Tidak suka mentaati norma, dengan
perilaku awal ditunjukkan dengan suka membolos, merokok pada usia awal, dan
pelanggaran norma-norma sekitarnya
d.
Penampilan fisik yang berbeda
dengan kelompoknya, serta
e.
Psikis, seperti IQ rendah,
kecenderungan psikopat, dan sukar dididik
2.
Latar belakang keluaraga, seperti:
a.
Orangtua broken home
b.
Situasi yang memaksa
c.
Orangtua kerja seharian, sehingga
kurang perhatian dan hanya pemenuhan kebutuhan materi;
d.
Orangtua terlalu melindungi (over
protective)
e.
Orangtua sangat memanjakan,
f.
Status ekonomi orangtua yang
rendah, serta
g.
Duplikat orangtua yang berperilaku
kurang baik
3.
Latar belakang masyarakat, seperti:
a.
Pengaruh peer group
b.
Pengaruh media massa yang tidak
terbendung, serta
c.
Kekangan sekolah dan lingkungan
sosial yang tidak menentu
Elkind
dan Postman (dalam Fuhrmann, 1990) menyebutkan tentang fenomena akhir abad
duapuluh, yaitu berkembangnya kesamaan perlakuan dan harapan terhadap anak-anak
dan orang dewasa. Anak-anak masa kini mengalami banjir stres yang datang dari
perubahan sosial yang cepat dan membingungkan serta harapan masyarakat yang
menginginkan mereka melakukan peran dewasa sebelum mereka masak secara
psikologis untuk menghadapinya. Tekanan-tekanan tersebut menimbulkan akibat
seperti kegagalan di sekolah, penyalahgunaan obat-obatan, depresi dan bunuh
diri, keluhan-keluhan somatik dan kesedihan yang kronis.
Lebih
lanjut dikatakan bahwa masyarakat pada era teknologi maju dewasa ini
membutuhkan orang yang sangat kompeten dan trampil untuk mengelola teknologi
tersebut. Ketidakmampuan remaja mengikuti perkembangan teknologi yang demikian
cepat dapat membuat mereka merasa gagal, malu, kehilangan harga diri, dan
mengalami gangguan emosional.
Bellak
(dalam Fuhrmann, 1990) secara khusus membahas pengaruh tekanan media terhadap
perkembangan remaja. Menurutnya, remaja masa kini dihadapkan pada lingkungan
dimana segala sesuatu berubah sangat cepat. Mereka dibanjiri oleh informasi
yang terlalu banyak dan terlalu cepat untuk diserap dan dimengerti. Semuanya
terus bertumpuk hingga mencapai apa yang disebut information overload.
Akibatnya timbul perasaan terasing, keputusasaan, absurditas, problem identitas
dan masalah-masalah yang berhubungan dengan benturan budaya.
Uraian di
atas memberikan gambaran betapa majemuknya masalah yang dialami remaja masa
kini. Tekanan-tekanan sebagai akibat perkembangan fisiologis pada masa remaja,
ditambah dengan tekanan akibat perubahan kondisi sosial budaya serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat seringkali
mengakibatkan timbulnya masalah-masalah psikologis berupa gangguan penyesuaian
diri atau ganguan perilaku. Beberapa bentuk gangguan perilaku ini dapat
digolongkan dalam delinkuensi.
Kutub Keluarga (
Rumah Tangga)
Dalam berbagai penelitian yang telah
dilakukan, dikemukakan bahwa anak/remaja yang dibesarkan dalam lingkungan
sosial keluarga yang tidak baik/disharmoni keluarga, maka resiko anak untuk
mengalami gangguan kepribadian menjadi berkepribadian antisosial dan
berperilaku menyimpang lebih besar dibandingkan dengan anak/remaja yang
dibesarkan dalam keluarga sehat/harmonis (sakinah).
Kriteria keluarga yang tidak sehat tersebut menurut para ahli, antara lain:
a.
Keluarga tidak utuh (broken home
by death, separation, divorce)
b.
Kesibukan orangtua, ketidakberadaan
dan ketidakbersamaan orangtua dan anak di rumah
c.
Hubungan interpersonal antar
anggota keluarga (ayah-ibu-anak) yang tidak baik (buruk)
d.
Substitusi ungkapan kasih sayang
orangtua kepada anak, dalam bentuk materi daripada kejiwaan (psikologis).
Selain
daripada kondisi keluarga tersebut di atas, berikut adalah rincian kondisi
keluarga yang merupakan sumber stres pada anak dan remaja, yaitu:
a.
Hubungan buruk atau dingin antara
ayah dan ibu
b.
Terdapatnya gangguan fisik atau
mental dalam keluarga
c.
Cara pendidikan anak yang berbeda
oleh kedua orangtua atau oleh kakek/nenek
d.
Sikap orangtua yang dingin dan acuh
tak acuh terhadap anak
e.
Sikap orangtua
yang kasar dan keras kepada anak
f.
Campur tangan atau perhatian yang
berlebih dari orangtua terhadap anak
g.
Orangtua yang jarang di rumah atau
terdapatnya isteri lain
h.
Sikap atau
kontrol yang tidak konsisiten, kontrol yang tidak cukup
i.
Kurang stimuli kongnitif atau
sosial
j.
Lain-lain, menjadi anak angkat,
dirawat di rumah sakit, kehilangan orangtua, dan lain sebagainya.
Sebagaimana
telah disebutkan di muka, maka anak/remaja yang dibesarkan dalam keluarga
sebagaimana diuraikan di atas, maka resiko untuk berkepribadian anti soial dan
berperilaku menyimpang lebih besar dibandingkan dengan anak/maja yang dibesarkan
dalam keluarga yang sehat/harmonis (sakinah).
Kutub Sekolah
Kondisi sekolah yang tidak baik
dapat menganggu proses belajar mengajar anak didik, yang pada gilirannya dapat
memberikan “peluang” pada anak didik untuk berperilaku menyimpang. Kondisi sekolah
yang tidak baik tersebut, antara lain;
a.
Sarana dan
prasarana sekolah yang tidak memadai
b.
Kuantitas dan kualitas tenaga guru
yang tidak memadai
c.
Kualitas dan
kuantitas tenaga non guru yang tidak memadai
d.
Kesejahteraan guru yang tidak
memadai
e.
Kurikilum sekolah yang sering
berganti-ganti, muatan agama/budi pekerti yang kurang
f.
Lokasi sekolah di daerah rawan, dan
lain sebagainya.
Kutub
Masyarakat (Kondisi Lingkungan Sosial)
Faktor kondisi lingkungan
sosial yang tidak sehat atau “rawan”, dapat merupakan faktor yang kondusif bagi
anak/remaja untuk berperilaku menyimpang. Faktor kutub masyarakat ini dapat
dibagi dalam 2 bagian, yaitu pertama, faktor kerawanan masyarakat dan kedua,
faktor daerah rawan (gangguan kamtibmas). Kriteria
dari kedua faktor tersebut, antara lain:
a.
Faktor Kerawanan Masyarakat
(Lingkungan)
1)
Tempat-tempat hiburan yang buka
hingga larut malambahkan sampai dini hari
2)
Peredaran
alkohol, narkotika, obat-obatan terlarang lainnya
3)
Pengangguran
4)
Anak-anak putus sekolah/anak
jalanan
5)
Wanita tuna susila (wts)
6)
Beredarnya
bacaan, tontonan, TV, Majalah, dan lain-lain yang sifatnya pornografis dan
kekerasan
7)
Perumahan kumuh dan padat
8)
Pencemaran lingkungan
9)
Tindak kekerasan dan kriminalitas
10) Kesenjangan
sosial
b.
Daerah Rawan (Gangguan Kantibmas)
1)
Penyalahgunaan
alkohol, narkotika dan zat aditif lainnya
2)
Perkelahian perorangan atau
berkelompok/massal
3)
Kebut-kebutan
4)
Pencurian, perampasan, penodongan,
pengompasan, perampokan
5)
Perkosaan
6)
Pembunuhan
7)
Tindak kekerasan lainnya
8)
Pengrusakan
9)
Coret-coret dan lain sebagainya
Kondisi psikososial
dan ketiga kutub diatas, merupakan faktor yang kondusif bagi terjadinya
kenakalan remaja.
Implikasi Perkembangan
Masa Remaja terhadap Dunia Pendidikan
Masa remaja merupakan masa
yang sangat krusial dalam kehidupannya karena keberhasilan dalam menatapi masa
depannya juga dipengaruhi oleh keberhasilan remaja dalam menjalani
perkembangannya. Oleh karena itu diperlukan perhatian yang lebih dari para
pendidik (baik orangtua maupun guru). Implikasi dalam pendidikan perlu
memperhatikan perkembangan yang terjadi pada masa remaja tersebut. Misalnya
perlu pendidikan seks yang diintegrasikan dalam proses pembelajaran. Selain itu
agar perkembangan fisiknya dapat optimal, maka pemenuhan gizi harus mendapat
perhatian dari orangtuanya agar tidak menimbulkan efek yang bisa berakibat
kurangnya dalam penerimaan sosial.
Pada saat remaja memasuki tahap perkembangan kognitif, yaitu
operasioal formal, maka dalam pendidikan sangat dibutuhkan adanya stimulasi
dari lingkungan baik guru maupun orangtua untuk mengembangkan rasa
keingintahuan mereka dengan memberikan kesempatan untuk melakukan eksplorasi.
Comments
Post a Comment