KIMIA LARUTAN
KIMIA LARUTAN
2.1 Komponen Larutan
Larutan adalah campuran homogen
(komposisinya sama), serba sama (ukuran partikelnya), tidak ada bidang batas
antara zat pelarut dengan zat terlarut (tidak dapat dibedakan secara langsung
antara zat pelarut dengan zat terlarut), partikel- partikel penyusunnya
berukuran sama (baik ion, atom, maupun molekul) dari dua zat atau lebih. Dalam
larutan fase cair, pelarutnya (solvent) adalah cairan, dan zat yang terlarut di
dalamnya disebut zat terlarut (solute), bisa berwujud padat, cair, atau gas.
Dengan demikian, larutan = pelarut (solvent) + zat terlarut (solute). Khusus
untuk larutan cair, maka pelarutnya adalah volume terbesar.
Ada 2 reaksi dalam larutan, yaitu:
a) Eksoterm, yaitu
proses melepaskan panas dari sistem ke lingkungan, temperatur dari campuran
reaksi akan naik dan energi potensial dari zat- zat kimia yang bersangkutan
akan turun.
b) Endoterm, yaitu
menyerap panas dari lingkungan ke sistem, temperatur dari campuran reaksi akan
turun dan energi potensial dari zat- zat kimia yang bersangkutan akan naik.
Larutan dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
a) Larutan tak jenuh
yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut) kurang dari yang diperlukan
untuk membuat larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang partikel- partikelnya
tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi (masih bisa melarutkan zat). Larutan
tak jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion < Ksp berarti
larutan belum jenuh ( masih dapat larut).
b) Larutan jenuh yaitu
suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang larut dan mengadakan
kesetimbangn dengan solut padatnya. Atau dengan kata lain, larutan yang
partikel- partikelnya tepat habis bereaksi dengan pereaksi (zat dengan
konsentrasi maksimal). Larutan jenuh terjadi apabila bila hasil konsentrasi ion
= Ksp berarti larutan tepat jenuh.
c) Larutan sangat jenuh
(kelewat jenuh) yaitu suatu larutan yang mengandung lebih banyak solute
daripada yang diperlukan untuk larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan
yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan. Larutan
sangat jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion > Ksp berarti
larutan lewat jenuh (mengendap).
Berdasarkan banyak sedikitnya zat
terlarut, larutan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
a) Larutan pekat yaitu
larutan yang mengandung relatif lebih banyak solute dibanding solvent.
b) Larutan encer yaitu
larutan yang relatif lebih sedikit solute dibanding solvent.
Dalam suatu larutan, pelarut dapat berupa
air dan tan air.
Contoh soal komponen larutan
Tentukan pelarut dan zat terlarut dalam
larutan alkohol 25% dan 75%?
Jawab:
a. Dalam larutan alkohol
25% misalnya terdapat 100 gram larutan alkohol.
Zat terlarut = 25 % x
100 gram = 25 gram (alkohol)
Zat pelarut = 75% x
100 gram = 75 gram ( air)
b. Dalam larutan alkohol
75% misalnya terdapat 100 gram larutan alkohol.
Zat terlarut = 25% x 100
gram = 25 gram (air)
Zat pelarut = 75% x
100gram = 75 gram (alkohol)
Jadi, untuk larutan cair maka
pelarutnya adalah volume terbesar.
2.2 Konsentrasi Larutan
Konsentrasi larutan dapat dibedakan secara
kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif, larutan dapat dibedakan menjadi
larutan pekat dan larutan encer. Dalam larutan encer, massa larutan sama dengan
massa pelarutnya karena massa jenis larutan sama dengan massa jenis pelarutnya.
Secara kuantitatif, larutan dibedakan berdasarkan satuan konsentrasinya. Ada
beberapa proses melarut (prinsip kelarutan), yaitu:
a) Cairan- cairan
Kelarutan zat cair dalam zat cair sering
dinyatakan “Like dissolver like” maknanya zat- zat cair yang memiliki struktur
serupa akan saling melarutkan satu sama lain dalam segala perbandingan.
Contohnya: heksana dan pentana, air dan alkohol => H- OH dengan C2H5-
OH.
Perbedaan kepolaran antara zat terlarut
dan zat pelarut pengaruhnya tidak besar terhadap kelarutan. Contohnya: CH3Cl
(polar) dengan CCl4 (non- polar).Larutan ini terjadi karena
terjadinya gaya antar aksi, melalui gaya dispersi (peristiwa menyebarnya zat
terlarut di dalam zat pelarut) yang kuat. Di sini terjadi peristiwa soluasi,
yaitu peristiwa partikel- partikel pelarut menyelimuti (mengurung) partikel
terlarut. Untuk kelarutan cairan- cairan dipengaruhi juga oleh ikatan Hydrogen.
b)Padat- cair
Padatan umumnya memiliki kelarutan
terbatas di cairan hal ini disebabkan gaya tarik antar molekul zat padat dengan
zat padat > zat padat dengan zat cair. Zat padat non- polar (sedikit
polar) besar kelarutannya dalam zat cair yang kepolarannya rendah. Contohnya:
DDT memiliki struktur mirip CCl4 sehingga DDT mudah larut di
dalam non- polar (contoh minyak kelapa), tidak mudah larut dalam air (polar).
c) Gas- cairan
Ada 2 prinsip yang mempengaruhi
kelarutan gas dalam cairan, yaitu:
Ø Makin tinggi titik cair
suatu gas, makin mendekati zat cair gaya tarik antar molekulnya. Gas dengan
titik cair lebih tinggi, kelarutannya lebih besar.
Ø Pelarut terbaik untuk
suatu gas ialah pelarut yang gaya tarik antar molekulnya sangat mirip dengan
yang dimiliki oleh suatu gas.
Titik didih gas mulia dari atas ke bawah
dalam suatu sistem periodik, makin tinggi, dan kelarutannya makin besar.
Pengaruh temperatur (T) dan tekanan (P)
terhadap kelarutan, yaitu peningkatan temperatur menguntungkan proses
endotermis, sebaliknya penurunan temperatur menguntungkan proses eksotermis.
Proses kelarutan zat padat dalam zat cair umumnya berlangsung endoterm
akibatnya kenaikan temperatur menaikkan kelarutan. Proses kelarutan gas dalam
cair berlangsung eksoterm akibatnya kenaikan temparatur menurunkan kelarutan.
Proses melarut dianggap proses
kesetimbangan,
Solute +
Solvent Larutan DH = - (eksoterm)
DH = + (endoterm)
Faktor tekanan sangat besar pengaruhnya
pada kelarutan gas dalam cair. Hubungan ini dijelaskan dengan Hukum Henry,
yaitu Cg = k . Pg (tekanan berbanding lurus dengan konsentrasi).
Panas pelarutan yaitu banyaknya energi/ panas
yang diserap atau dilepaskan jika suatu zat terlarut dilarutkan dalam pelarut.
Ada beberapa 3 tahap pada proses melarutkan suatu zat, yaitu:
Tahap 1, yaitu: Baik zat
terlarut maupun zat pelarut masih tetap molekul- molekulnya berikatan masing-
masing.
Tahap 2,yaitu:Molekul-
molekul yang terdapat pada zat terlarut memisahkan diri sehingga hanya terdiri
dari 1 molekul tanpa adanya ikatan lagi dengan molekul- molekul yang terdapat
di dalamnya, begitu pula molekul- molekul yang terdapat pada zat pelarut.
Tahap 3,
yaitu: Antara molekul pada zat terlarut akan mengalami ikatan dengan
molekul pada zat pelarut.
Pada umumnya: Tahap 1 memerlukan panas.
Tahap 2 memerlukan panas.
Tahap 3 menghasilkan panas.
Eksoterm: 1+2 < 3 dengan DH = - (eksoterm)
Endoterm: 1+2 > 3 dengan DH = + (endoterm)
Konsentrasi akan lebih eksak jika
dinyatakan secara kuantitatif, menggunakan satuan- satuan konsentrasi:
1. Fraksi mol (X)
2. Persentase : a.
Persentase berat per berat (% b/b)
b. Persentase berat per
volume (% b/v)
c. Persentase volume per
volume (% v/v)
3. Bagian per sejuta
4. Kemolaran atau molaritas
(M)
5. Kemolalan atau molalitas
(m)
Fraksi mol (X)
Fraksi mol suatu zat adalah perbandingan
jumlah mol suatu zat terhadap jumlah total mol seluruh zat yang menyusun suatu
larutan.
X = X pelarut +
Xterlarut = 1
Persentase (%)
1. Persentase berat per berat (% b/b)
Persen b/b adalah jumlah gram zat terlarut
dalam tiap 100 gram larutan.
%b/b =x100%
Contoh: Larutan cuka
sebanyak 40 gram mengandung asam asetat sebanyak 2 gram. Hitunglah konsentrasi
larutan itu dalam satuan % b/b?
Solusi: % b/b = 2/40 x
100%= 5%
2. Persentase berat per volume (% b/v)
Persentase b/v adalah jumlah gram zat
terlarut dalam tiap 100 ml larutan.
%b/v=x100%
Satuan %b/v umumnya dipakai untuk zat
terlarut padat dalam pelarut cair.
Contoh: Untuk membuat
larutan infus glukosa, 45 gram glukosa murni dilarutkan dalam akuades hingga
volume larutan menjadi 500 ml. Hitunglah konsentrasi larutan itu dalam satuan
%b/v?
Solusi:%b/v= 45/100 x
100%= 90 %
3. Persentase volume per volume (% v/v)
Persentase v/v adalah jumlah ml zat
terlarut dalam tiap 100 ml larutan.
%v/v=x100%
Satuan %v/v umumnya dipakai untuk zat
terlarut cair dalam pelarut cair.
Contoh: Etanol sebanyak
150 ml dicampur dengan 350 ml akuades. Hitunglah konsentrasi etanol dalam
satuan %v/v?
Solusi:Volume larutan =
150 + 350 = 500 ml.
%v/v= 150/500 x 100%= 30
%
Bagian per sejuta (ppm/
part per million)
Satuan ppm menyatakan satu gram zat
terlarut dalam satu juta gram pelarut.
ppm =x100%
Dalam rumus di atas satu gram zat terlarut
dibagi massa larutan karena massa jenis larutan sama dengan massa jenis
pelarutnya sehingga massa larutan = massa pelarutnya.
Kemolaran atau molaritas
(M)
Kemolaran atau konsentrasi molar adalah
jumlah mol zat terlarut dalam tiap liter larutan atau jumlah mmol zat terlarut
dalam tiap ml larutan.
M==
M=x
Keterangan: gr = massa zat terlarut (gram)
Mr= Mr zat terlarut
v = volume larutan (mL)
Kemolalan atau molalitas
(m)
Kemolalan adalah jumlah mol zat terlarut
dalam tiap 1000 gram pelarut.
m= atau m = x mol zat
terlarut = x
Keterangan: p= gram pelarut
2.3 Larutan Asam-basa
2.3.1 Konsep Asam- Basa
2.3.1.1 Asam- Basa Arrhenius
Asam adalah zat yang dalam air dapat
menghasilkan ion H+ . Contoh asam: HCl, H2SO4,
H3PO4. Sifat- sifat larutan asam adalah sebagai berikut:
§ Dalam air menghasilkan
ion H+ .
§ Menyebabkan warna kertas
lakmus menjadi merah.
§ Larutannya dalam air
dapat menghantarkan arus listrik.
§ Menyebabkan perkaratan
logam (korosif).
Jumlah ion H+ yang dapat
dibebaskan oleh satu molekul asam disebut valensi atau martabat asam tersebut.
Berdasarkan valensinya, asam dibedakan atas:
1) Asam bervalensi satu, misalnya: HCl,
HCN, HNO3, CH3COOH, dll.
2) Asam bervalensi dua, misalnya: H2SO4,
H2CrO4, H2CO3, dll.
3) Asam bervalensi tiga, misalnya: H3PO4,
H3AsO4, dll.
Basa adalah zat yang dalam air dapat
menghasilkan ion OH- . Contoh basa: NaOH, Ca(OH)2 ,
Al2(OH)3 , NH3, dll. Sifat- sifat larutan
basa adalah sebagai berikut:
§ Dalam air dapat
menghasilkan ion OH- .
§ Menyebabkan warna kertas
lakmus menjadi biru.
§ Larutannya dalam air
dapat menghantarkan arus listrik.
§ Jika mengenai kulit,
maka kulit akan melepuh (kaustik).
Jumlah ion OH- yang dapat
dihasilkan oleh satu molekul basa disebut valensi atau martabat basa.
Berdasarkan valensinya basa dibedakan atas:
1) Basa bervalensi satu, misalnya: NaOH,
KOH, AgOH, NH4OH, dll.
2) Basa bervalensi dua, misalnya: Ca(OH)2, Mg(OH)2,Fe(OH)2, dll.
3) Basa bervalensi tiga, misalnya: Fe(OH)3, Cr(OH)3, dll.
Jadi di sini ion H+ tidak
berikatan dengan air, atau bebas di air tanpa adanya ikatan.
2.3.1.2. Asam- Basa Bronsted- Lowry
Asam adalah suatu zat yang dapat
menyumbang proton (H+), sehingga disebut donor proton. Basa adalah
zat yang dapat menerima proton, sehingga disebut akseptor proton. Jadi di
sini ion H+ berikatan dengan air.
Contoh H2O +
HCl H3O+ + Cl-
Dalam reaksi di atas,
HCl termasuk asam karena memberi proton.
H2O termasuk basa kare4na menerima proton.
Zat yang telah menerima proton disebut asam konjugasi,
sedangkan yang telah memberi proton disebut basa konjugasi. Dalam contoh reaksi
di atas, H3O+ adalah asam konjugasi, sedangkan Cl- adalah
basa konjugasi.
2.3.1.3 Asam- Basa Lewis
Asam adalah senyawa penerima (akseptor )
pasangan elektron, sedangkan basa adalah senyawa pemberi (donor) pasangan
elektron. Reaksi asam- basa Lewis tergolong reaksi pembentukan ikatan
koordinasi. Contoh reaksi BF3 (asam Lewis) dengan NH3 (basa
Lewis).
2.3.2 Kekuatan Asam- Basa
Asam dapat dibedakan menjadi asam kuat dan
asam lemah, begitu pula basa. Reaksi ionisasi asam kuat, secara umum dapat
ditulis :
HxA(aq) Ã xH+(aq)
+ Ax-(aq). Yang termasuk asam kuat, meliputi: HCl, HBr, HI, HNO3,
H2SO4, HClO4, dll. Reaksi asam kuat bersifat
satu arah karena asam kuat mudah terionisasi dalam air.
Reaksi ionisasi asam lemah, secara umum
dapat ditulis :
HzB(aq) Ã zH+(aq)
+ B z- (aq). Yang termasuk asam lemah, meliputi: CH3COOH,
HF, HCN, H2CO3, dll. Reaksi asam lemah bersifat
reversibel karena asam lemah tidak terionisasi sempurna di dalam air.
Basa kuat meliputi senyawa- senyawa
hidroksida alkali dan beberapa hidroksida alkali tanah. Selain hidroksida-
hidroksida tersebut semuanya tergolong basa lemah.
Asam kuat dan basa kuat dalam air mudah
terionisasi , dengan derajat ionisasi (a) »1, sehingga jumlah ion- ionnya relatif
banyak. Akibatnya, larutan asam kuat dan basa kuat mudah menghantarkan arus
listrik, sehingga disebut larutan elektrolit kuat. Sebaliknya, larutan basa
lemah dan asam lemah sukar terionisasi (a £ 1), sehingga tergolong larutan
elektrolit lemah.
Senyawa- senyawa yang dapat bertindak
sebagai asam (melepaskan H+) dan juga dapat bertindak sebagai basa
(melepaskan OH-) disebut senyawa amfoter. Senyawa-
senyawa amfoter, meliputi: Be(OH)2, Al(OH)3, Zn(OH)2,dll.
2.3.3 Indikator
Indikator asam basa adalah suatu zat yang
dapat berubah warna apabila pH lingkungannya berubah atau larutan yang berisi
indikator berubah pH. Atau dengan kata lain, suatu senyawa yang berbeda
warnanya dalam larutan asam dengan larutan basa.Dalam indikator terdapat dua warna
dalam keadaan basa (warna basa) dan sebaliknya
Nama Indikator
|
Pki
(konstanta kesetimbangan)
|
Jenis
|
Trayek pH
|
Warna
Asam- Basa
|
Fenoftalin
|
-
|
Asam
|
8,0- 9,6
|
Tidak berwarna- Merah
|
Brom Timol Biru
|
7,3
|
Asam
|
6,0- 7,6
|
Kuning- Biru
|
Metil Jingga
|
3,4
|
Basa
|
3,1- 4,4
|
Merah- Jingga
|
Lakmus
|
-
|
-
|
4,5- 8,3
|
Merah- Biru
|
Biasanya indikator yang dipilih yaitu:a)
harganya relatif murah.
b) sesuai trayek pH.
2.3.4 Titrasi Asam- Basa
Untuk menentukan konsentrasi suatu larutan
dapat dilakukan titrasi yaitu dengan menambahkan tetes demi tetes larutan
standar ke dalam larutan yang akan ditentukan konsentrasinya.Pada saat
banyaknya zat penitrasi sebanding/ setara dengan zat yang ditetapkan
konsentrasinya disebut titik ekuivalen/ titik akhir titrasi yang ditunjukkan
oleh perubahan warna indikator. Suatu analisis yang berkaitan dengan volume
larutan pereaksi disebut analisis volumetri. Analisis volumetri
dilaksanakan melalui metode titrasi. Salah satu larutan ditempatkan dalam buret
yang merupakan larutan penitrasi. Larutan yang satu lagi ditempatkan dalam labu
titrasi atau Erlenmeyer, yang merupakan larutan yang dititrasi.
Titrasi yang melibatkan reaksi asam dengan
basa disebut titrasi asam- basa atau asidimetri dan alkalimetri.
1) Asidimetri dilakukan
untuk menentukan konsentrasi larutan basa dengan menggunakan larutan standar
asam.
2) Alkalimetri dilakukan
untuk menentukan konsentrasi larutan asam dengan menggunakan larutan standar
basa.
2.4 Derajat Keasaman
(pH)
2.4.1 pH Asam- Basa
Air murni tergolong elektrolit yang sangat
lemah. Reaksi ionisasi air adalah sebagai berikut: H2O(l) = H+(aq)
+ OH-(aq). Mengingat reaksinya tergolong reaksi kesetimbangan, maka
berlaku hukum kesetimbangan:
K =
Karena hampir tetap, maka
dianggap sebagai tetapan, sehingga dapat dipindah ke ruas kiri. Dengan demikian
K. = .. Selanjutnya, K. disebut tetapan
ionisasi air dan ditulis Kw. Kw=.. Pada suhu 25°C, harga Kw adalah
1,0 x 10-14. Karena yang dihasilkan
sama dengan , maka dan masing-
masing dalam air murni adalah = 10-7 M.
Asam lemah dan basa lemah dalam air tidak
terionisasi sempurna, sehingga dari asam lemah dan dari basa lemah,
dihitung dari harga tetapan kesetimbangannya. Untuk asam lemah bervalensi satu
berlaku:
= =
Analog dengan asam lemah bervalensi satu,
untuk basa lemah bervalensi satu berlaku = = dengan a =
2.4.2 Larutan Penyangga (Larutan Buffer/
Larutan dapar)
Larutan Penyangga adalah campuran asam
lemah dengan basa konjugasinya atau campuran basa lemah dengan asam
konjugasinya. Contoh CH3COOH dengan CH3COO- dan
NH4OH dengan NH4+. Atau dengan kata lain,
campuran asam lemah dan garamnya, atau basa lemah dan garamnya.
Sifat Larutan Penyangga
pH larutan penyangga tidak akan berubah,
jika:
1. ditambahkan sedikit asam/basa
2. ditambahkan sedikit air (diencerkan)
Penentuan pH larutan Penyangga
Reaksi kesetimbangan asam lemah, berlaku:
Ka= = Ka .
Mengingat kesetimbangan di atas
berlangsung dalam wadah yang sama, maka secara umum pH larutan buffer yang
terdiri atas asam lemah dan garamnya dapat dirumuskan sebagai berikut.
pH = - log Ka .
Analog dengan larutan yang terdiri atas
asam lemah dan garamnya; pOH larutan penyangga yang terdiri atas basa lemah dan
garamnya dapat dirumuskan sebagai berikut.
pOH = - logKb
.
Kegunaan Larutan Penyangga
1. Dalam tubuh manusia
terdapat sistem penyangga yang berperan dalam mempertahankan pH, seperti:
a. Buffer darah, pH darah
berkisar 7,35- 7,45. pH darah < 7,35 disebut keadaan asidosis.
Jika pH darah lebih kecil dari 7,0 atau lebih besar dari 7,8 ; maka akan
menimbulkan kematian. Untuk menjaga agar pH darah tidak banyak berubah, maka
dalam darah terdapat sistem penyangga H2CO3 / HCO3-‑.
b. Bffer cairan tubuh.
Dalam cairan sel tubuh terdapat sistem penyangga H2PO4- /
HPO42-. Campuran penyangga tersebut berperan juga dalam
ekskresi ion H+ pada ginjal
2. Dalam industri farmasi,
larutan penyangga berperan dalam pembuatan obat- obatan, agar zat aktif obat
tersebut mempunyai pH tertentu Larutan penyangga yang umum digunakan dalam
industri farmasi adalah larutan asam basa konjugasi senyawa fosfat.
2.4.3 Hidrolisis garam
Hidrolisis adalah proses penguraian suatu
senyawa (garam) oleh air. Sifat larutan setelah terjadi hidrolisis tergantung
pada kekuatan asam dan basa pembentuk garam tersebut.
Garam yang berasal dari basa kuat dan asam
lemah dalam air mengalami hidrolisis parsial (hidrolisis terhadap anion),
dan larutannya bersifat basa.
Kh = selanjutnya sama-
sama dikalikan agar didapatkan hasil
sesuai dengan tetapan- tetapan yang sudah diketahui, yaitu Ka dan Kw.
Kh = x
=
Kembali kepada kesetimbangan hdrolisis di
atas, konsentrasi OH- yang dihasilkan sama dengan konsentrasi
CH3COOH, sehingga:
Kh =
==
pOH = - log
Garam yang berasal dari asam kuat dan basa
lemah dalam air mengalami hidrolisis parsial (hidrolisis terhadap kation),
dan larutannya bersifat asam.
= dengan pH = -
log
Garam yang berasal dari
basa lemah dan asam lemah dalam air mengalami hidrolisis total (hidrolisis
terhadap kation dan anion), sifat larutannya tergantung pada harga Ka dan Kb.
Jika Ka> Kb, maka larutannya bersifat asam; sebaliknya jika Kb >Ka, maka
larutannya bersifat basa.
pH = - log
pOH = - log
2.5 Sifat Koligatif
Larutan
Koligatif artinya bersama- sama yang
berasal dari kata koligeal yang berarti sifat bersama. Jadi sifat koligatif
larutan adalah sifat fisik larutan yang hanya dipengaruhi oleh jumlah partikel
yang tidak dipengaruhi oleh sifat zat.Perhitungan sifat koligatif larutan elektrolit
hanya dikalikan faktor van¢t Hoff (i) terhadap rumusan sifat
koligatif larutan non elektrolitnya, kecuali pada penurunan tekanan uap ada
perbedaan perhitungan Xterlarut untuk elektrolit.
Sifat Koligatif
|
Larutan non- elektrolit
|
Larutan elektrolit
|
1. Penurunan tekanan uap (DP)
|
DP = P0 .
Xt
P= P0 - DP
|
DP = P0 . x i
|
2. Kenaikan titik didih (Dtb)
|
Dtb= Kb . m
|
Dtb= Kb .
m. i
|
3. Penurunan titik beku (Dtf)
|
Dtf = Kf .
m
|
Dtf = Kf .
m. i
|
4. Tekanan osmotik (p)
|
p= M. R.T
|
p= M. R.T. i
|
Keterangan: i= = Faktor Van¢t Hoff
R= tetapan gas= 0,082 liter atm/ mol°K
N= jumlah koefisien kation dan anion
a= derajat ionisasi
Kb= konstanta kenaikan titik
didih molal pelarut.
Kf= konstanta penurunan titik
beku molal pelarut.
nt= mol terlarut
np= mol pelarut
T= derajat Kelvin
M= molar= mol/liter
P= tekanan uap larutan.
Untuk senyawa garam yang sangat encer,
dengan konsentrasi zat terlarut jauh lebih kecil dari batas kelarutannya, harga
derajat ionisasi sama dengan satu (a=1), sehingga harga i = n.
1. Penurunan tekanan uap (DP), Kenaikan titik didih
(Dtb) dan Penurunan titik beku (Dtf)
Menguap adalah peristiwa partikel-
partikel zat cair meninggalkan permukaan. Mendidih adalah temperatur titik
didih dimana tekanan uap jenuh di dalam larutan sama dengan tekanan udara luar.
Ketika tekanan di dalam sama dengan tekanan di luar disebut temperatur didih.
|
||||
|
Tekanan udara,1 atm= 76
cmHg berada di permukaan laut laut. Jika kita naik 100 m di atas permukaan air
laut maka tekanan udara berkurang sebesar 1 cmHg.
Tekanan uap pada pelarut
murni (1) lebih besar karena pada larutan nomor 2 terdapat hambatan yang
menghalangi terjadinya penguapan sehingga pada larutan nomor 2 dalam proses
penguapan diperlukan suhu lebih tinggi sehingga titik didih menjadi tinggi, di
sini pula mengalami penurunan titik beku.
1. Tekanan osmotik (p)
Tekanan osmosis adalah tekanan yang
diperlukan untuk melawan terjadinya peristiwa osmosis. Osmosis adalah peristiwa
berpindahnya partikel- partikel dari larutan encer (hipotonik) ke larutan
pekat (hipertonik) melalui membran semi permiabel(bersifat selektif, hanya
pelarut yang dapat masuk). Larutan encer, berarti tekanan osmotiknya rendah.
Contoh tekanan osmosis, salak yang berada pada
larutan gula. Jika p larutan > psalak maka salak akan
mengkerut. Jika p larutan < p salak maka sel
salak pecah dan salah akan mengembung.
Pada infus, tekanan osmosis berbanding
lurus dengan konsentrasi infus karena mempertimbangkan tekanan osmosis. Konsep
ini penting dalam penggantian cairan tubuh/ bahan makanan yang tidak bisa
dimasukkan melalui pembuluh darah. Cairan infus harus bersifat isotonis dengan
cairan darah. Jika tidak maka terjadi kerusakan pada sel darah. Jika p infus lebih
tinggi, cairan dalam darah keluar sehingga menyebabkan sel darah mengkerut
(krenasi). Jika p infus < p darah, sel darah
akan pecah (hemolisis)
Comments
Post a Comment