Makalah Pembelajaran Inovatif
BELAJAR DAN
PEMBELAJARAN

PEMBELAJARAN INOVATIF BERNUANSA KONTEKSTUAL

OLEH
NAMA : TOMY
HENDRA
NIM :
ACC 114 037
DOSEN
PENGAMPU: Prof. Dr. I Nyoman Sudyana, M.Sc
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini sebagai tugas kuliah
Belajar Dan Pembelajaran.
Saya telah menyusun makalah ini
dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin. Namun tentunya sebagai manusia
biasa tidak akan lumput dari kesalahan dan kekurangan. Harapan kami, semoga
bisa menjadi koreksi di masa mendatang agar lebih baik dari sebelumya.
Tak lupa kami ucapkan terimakasih
kepada Dosen Pembimbing atas bimbingan, dorongan dan ilmu yang telah diberikan
kepada kami sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya.
Pada
dasarnya makalah ini saya sajikan khusus untuk membahas tentang Pembelajaran
Inovatif. Untuk lebih jelas simak pembahasan dalam makalah ini. Mudah-mudahan
makalah ini bisa memberikan pengetahuan yang mendalam tentang “ ” kepada kita semua.
Makalah ini masih banyak memiliki
kekurangan, seperti halnya “Tak ada gading yang tak retak.” Oleh karena itu,
Saya mengharapkan kritik dan saran dari bapak/ibu untuk memperbaiki makalah
saya selanjutnya. Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terimakasih.
Palangka
Raya, Desember 2015
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah.......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................... 1
1.3. Tujuan Makalah...................................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................. 3
2.1 Pengertian Pembelajaran Inovatif............................................................................. 3
2.2 Konsep Dasar Pembelajaran Inovatif........................................................................ 4
2.3 Model Pembelajaran
Inovatif Bernuansa Kontekstual............................................. 6
2.4 Strategi Mengimpelementasikan Pembelajran
Inovatif............................................. 11
2.5 Kelebihan Dan Kelemahan Pembelajaran Inovatif................................................... 14
BAB III PENUTUP...................................................................................................... 17
3.1 KESIMPULAN........................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 18
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pendidikan merupakan
salah satu faktor yang sangat penting dalam membentuk sebuah peradaban bangsa.
Pendidikan akan melahirkan perubahan dan penemuan baru dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi. Dalam hal ini, faktor yang mempunyai peranan yang
sangat penting yaitu guru. Sehubungan dengan hal tersebut profesionalisme guru
kini semakin menyeruak ke ruang publik seiring dengan meningkatnya tuntutan
akan mutu pendidikan.
Guru akhirnya menjadi
sorotan karena merekalah yang menjadi patokan terdepan yang berinteraksi
langsung dengan siswa dalam proses pembelajaran. Dalam kondisi seperti ini,
guru dituntut untuk mengembangkan keahlian, pengetahuan dan melahirkan hal-hal
baru. Guru yang mampu berinovasi berarti menandakan guru tersebut bisa
mengemangkan ide-ide kreatif yang mreka miliki.
Kemampuan utama yang
harus dimiliki oleh para pendidik adalah dalam strategi pembelajaran. Artinya
seorang guru tidak hanya dituntut untuk menguasai mata pelajaran yang akan
diajarkannya, tetapi juga harus menguasai dan mampu mengajarkan pengetahaun
tersebut pada peserta didik. Sehingga tidak berlebihan ketika ada pakar
pendidikan mengatakan : ”metode lebih penting daripada materi, dan guru lebih
penting daripada metode dan materi”. Ada pula yang mengatakan “bahwa maju
mundurnya sebuah institusi pendidikan itu ditentukan oleh pembelajaran yang
dilaksanakan oleh guru di kelas”.
Mengingat kondisi
para pendidik dan calon pendidik yang demikian, maka usaha untuk mendalami
serta mengaplikasikan pembelajaran inovatif menjadi salah satu alternatif.
Pembelajaran inovatif berimplikasi dapat meningkatkan gairah mengajar bagi guru
itu sendiri dan gairah belajar bagi peserta didik.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa yang
dimaksud dengan pembelajaran inovatif ?
2.
Bagaimana
konsep dasar pembelajaran inovatif ?
3.
Bagaimana
model pembelajaran
inovatif bernuansa kontekstual ?
4. Bagaimana strategi
mengimpelementasikan pembelajran inovatif ?
5. Bagaimana kelebihan dan kelemahan pembelajaran inovatif
?
1.3 Tujuan
Makalah
1.
Untuk
mengetahui pengertian pembelajaran inovatif.
2.
Untuk
mengentahui konsep dasar pembelajaran inovatif.
3.
Untuk
mengentahui model pembelajaran inovatif bernuansa kontekstual.
4. Untuk mengetahui strategi
mengimpelementasikan pembelajran inovatif.
5. Untuk mengetahui kelebihan
dan kelemahan pembelajaran inovatif.
1.4 Manfaat
Makalah
1.
Kita dapat mengetahui
pengertian pembelajaran
inovatif.
2.
Kita dapat mengetahui konsep
dasar pembelajaran inovatif.
3.
Kita dapat mengetahui model pembelajaran inovatif bernuansa kontekstual.
4. Kita dapat mengetahui strategi mengimpelementasikan pembelajran
inovatif.
5. Kita dapat mengetahui
kelebihan dan kelemahan pembelajaran inovatif.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Pembelajaran Inovatif
Menurut
kamus bahasa Indonesia kata “inovasi” mengangdung arti pengenalan hal-hal yang
baru atau pembaharuan”. Inovasi juga berarti penemuan baru yang berbeda dari
yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya (gagasan, metode, atau alat).
Jadi pembelajaran inovatif dapat diartikan sebuah pembelajaran yang menggunakan
strategi/metode baru yang dihasilkan dari penemuannya sendiri atau menerapkan
metode baru yang ditemukan oleh para pakar dan didesain sedemikian rupa
sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang kondusif.
Pembelajaran
inovatif juga mengandung arti pembelajaran yang dikemas oleh guru atau
instruktur lainnya yang merupakan wujud gagasan atau teknik yang dipandang baru
agar mampu menfasilitasi siswa untuk memperoleh kemajuan dalam proses dan hasil
belajar. Pembelajaran inovatif bisa mengadaptasi dari model pembelajaran yang
menyenangkan. “Learning is fun” merupakan kunci yang diterapkan dalam
pembelajaran inovatif. Jika siswa sudah menanamkan hal ini di pikirannya tidak
akan ada lagi siswa yang pasif di kelas, perasaan tertekan, kemungkinan
kegagalan, keterbatasan pilihan, dan tentu saja rasa bosan. Membangun metode
pembelajaran inovatif sendiri bisa dilakukan dengan cara diantaranya
mengakomodir setiap karakteristik diri. Artinya mengukur daya kemampuan serap
ilmu masing-masing orang.
Syah
dan Kariadinata (2009: 16) Pembelajaran inovatif dapat menyeimbangkan fungsi
otak kiri dan kanan apabila dilakukan dengan cara mengintegrasikan media/alat
bantu terutama yang berbasis teknologi baru/maju ke dalam proses pembelajaran
tersebut. Sehingga, terjadi proses renovasi mental di antaranya membangun rasa
pecaya diri siswa. Penggunaan bahan pelajaran, software multimedia, dan
microsoft powerpoint merupakan salah satu alternatif. Pembelajaran yang
inovatif diharapkan mampu membuat siswa yang mempunyai kapasitas berpikir
kritis dan terampil dalam memecahkan masalah. Siswa yang seperti ini mampu
menggunakan penalaran yang jernih dalam proses memahami sesuatu dan mudah dalam
mengambil pilihan serta membuat keputusan. Hal itu dimungkinkan karena
pemahaman interkoneksi di antara system atau subsistem terkait dengan persoalan
yang dihadapinya. Juga terlihat kemampuan mengidentifikasi dan menemukan
pertanyaan tepat yang dapat mengarah kepada pemecahan masalah secara lebih
baik. Informasi yang diperolehnya akan dikerangkakan dan dianalisis sehingga
akan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan baik.
Pembelajaran
yang inovatif juga tercermin dari hasil yang diperlihatkan siswa yang
komunikatif dan kolaboratif dalam mengartikulasikan pikiran dan gagasan secara
jelas dan efektif melalui tuturan lisan dan tulisan. Siswa dengan karakteristik
semacam ini dapat menunjukkan kemampuan untuk bekerja secara efektif dalam tim
yang beraneka, untuk memainkan fleksibilitas dan kemauan berkompromi dalam
mencapai tujuan bersama.
2.2 Konsep Dasar Pembelajaran Inovatif
Berangkat dari konsep inovatif, sejumlah usaha
perubahan harus dilakukan oleh seorang Guru. Demikian cepatnya perubahan di
sekitar kita, tidak mungkin lagi mengandalkan cara-cara lama dalam
pembelajaran, bahkan masih terdapat sejumlah guru masih mengajar dengan
cara-cara yang dilakukan oleh gurunya ketika dia belajar dahulu. Untuk
keperluan perubahan ini, pada tahap awal para guru memiliki motivasi dan sikap
ingin berubah (Huberman dan Miles, 1984:43), tidak pernah merasa puas, berusaha
bekerja profesional dan sebagainya, sehingga ia mendapatkan sesuatu yang baru,
karena inti dari pengertian inovasi itu sendiri adalah adanya perubahan untuk
menemukan yang baru (Ibrahim, 1998:46). Atau seperti yang dikemukakan oleh
Callahan dan Clark (1977: 6) bahwa guru harus memiliki sikap kreatif. Kreatif
dalam artian merespon berbagai perubahan yang ada, karena setiap adanya
perubahan akan selalu diiringi oleh berbagai cara untuk melaksanakannnya
(Ruddock, 1991).
Perpindahan paradigma dari orientasi guru kepada
orientasi kebutuhan anak didik diartikan bahwa aktivitas belajar didominasi
oleh siswa, guru hanya sebagai pembimbing atau fasilitator. Menanggapi
perubahan yang terjadi tersebut, maka harus diikuti oleh berbagai perubahan
pada kegiatan pembelajaran sehari-hari. Jika ditelusuri lebih jauh ternyata
perubahan itu diantaranya disebabkan oleh adanya kesadaran seseorang terhadap
kekurangan cara yang dimilikinya (Soejono Soekanto, 1990:355). Cara yang
dimaksudkan di sini berkaitan langsung dengan tugas guru seperti dalam kegiatan
belajar mengajar, mulai dari penetapan tujuan pembelajaran, pemilihan materi
ajar, pemilihan pendekatan, media, metode, dan sistem penilaian. Seperti yang
dikemukakan oleh (Ibrahim, 1988) bahwa inovasi yang dilakukan oleh seorang guru
lebih ditekankan pada kegiatan mengajar, karena ia diserahi tugas dan wewenang
mengelola kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Dalam konteks ini kegiatan guru lebih dari pekerjaan seorang
profesional umumnya, karena ia dituntut bukan hanya ahli pada bidangnya tetapi
juga harus mampu mengelola pembelajaran dalam lingkungan manusia yang serba
berubah (Klasen dan Collier, 1972:12).
Dalam hal ini, para guru berusaha mencari model-model
yang relevan, sehinga setiap komponen pembelajaran berjalan secara efektif, dan
akan tercapai tujuan yang telah ditetapkan. Model-model tersebut dapat
diperoleh dari model lain atau menemukan sendiri model yang diyakini lebih
efektif. Namun yang harus dipahami oleh guru dalam setiap pemakaian model
pembelajaran tidak serta merta menjadi efektif karena ia akan berkorelasi
dengan suasana lain, seperti yang dikemukakan oleh Saltman (dalam Ibrahim,
1998:48), batas suatu inovasi akan dipengaruhi oleh:
a. Tingkat pembiayaan, semakin susah tingkat
pembiayaan semakin mudah diterima.
b. Seimbang antara
biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang diperoleh.
c. Efisiensi, artinya
dapat menghemat waktu dan tidak banyak memiliki hambatan.
d.Tidak memiliki
resiko, terutama dengan masalah politik dan keamanan.
e. Mudah
dikomunikasikan.
f. Sesuai dengan
sosial ekonomi setempat.
g. Dapat dibuktikan
secara ilmiah.
h Terasa langsung
manfaatnya.
i. Tingkat
keterlibatan penerimaan inovasi.
j. Hubungan
interpersonal.
k. Berdasarkan
kepentingan.
l. Peranan agen
(penyuluh) inovasi.
Karena siswa sebagai manusia yang memiliki sejumlah
karakteristik di bidang ekonomi, budaya, kemampuan, dan status sosial, maka
pendapat Saltman yang dikemukakan di atas sebaiknya menjadi pijakan utama dalam
pemilihan atau pembuatan suatu inovasi. Pemberian salah satu ide atau aktivitas
tersebut disusun dalam suatu kerangka yang jelas disebut dengan model. Dengan
kata lain model adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman
dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam pembelajaran, model dapat diterjemahkan
sebagai suatu usaha untuk melukiskan prosedur dan langkah-langkah yang
sistematis dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Di bidang pembelajaran terdapat sejumlah model, pada
dasarnya dapat dikategorikan atas pendekatan pembelajaran pemprosesan
informasi, pendekatan pembelajaran individu, pendekatan belajar sosial, dan
pendekatan pembelajaran sistem prilaku (Agus Irianto, 2007: 2). Pada sisi lain,
berbagai model yang telah dibuat ahli tersebut dapat dijadikan sebagai sumber
inspirasi sendiri untuk menemukan ide-ide baru dalam pembuatan model. Pada
gilirannya guru menemukan suatu model yang paling praktis untuk kegiatan
pembelajaran sesuai dengan kondisi sekolah, siswa, kebijakan pimpinan, dan
kemampuan sendiri.
2.3 Model Pembelajaran
Inovatif Bernuansa Kontekstual
Pembelajaran inovatif
merupakan model pembelajaran yang kreatif dan unik yang cenderung melibatkan
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Pembelajaran inovatif diciptakan
dengan mempetimbangkan karakteristik siswa, kondisi lingkungan siswa, dan sarana-prasarana
yang tersedia, sehingga lebih menantang dan menggairahkan siswa untuk belajar
secara mandiri, serta mempermudah pencapaian tujuan belajar yang
diinginkan.
Jumlah dan ragam model
pembelajaran inovatif sangat tidak terbatas tergantung dari kemampuan
(kreativitas dan inovasi) guru dalam berkarya untuk menciptakan model-model
pembelajaran yang baru. Yang terpenting dalam dunia pendidikan, model
pembelajaran inovatif harus mampu memotivasi/ membangkitkan semangat belajar
siswa dan mempermudah siswa mencapai tujuan belajar. Di samping itu, model
pembelajaran inovatif juga harus mampu membiasakan siswa berperilaku positif dan produktif untuk
kepentingan hidup mereka maupun orang lain.
Berikut ini disajikan beberapa contoh model pembelajaran inovatif yang mungkin bisa digunakan
sebagai landasan bagi para pendidik (guru) untuk melaksanakan pembelajaran
maupun untuk mengembangkan model pembelajaran yang baru.
1. Model Numbered
Heads Together (Kagan,S., 1998)
Langkah-langkah :
1.
Siswa
dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor.
2.
Guru memberikan tugas pada masing-masing untuk
didiskusikan. (Tugas yang
diberikan kepada siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran dan materi yang
dipelajari, serta disesuaikan dengan lingkungan siswa)
3.
Masing-masing kelompok mendiskusikan tugas untuk
mendapatkan jawaban yang
benar,dan memastikan
tiap anggota kelompok dapat memahami/mengerjakan/
memahami/mengerjakan/mengetahui
jawabannya.
4.
Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor
yang dipanggil melaporkan hasil diskusi mereka.
5.
Guru menunjuk nomor siswa yang lain untuk
memberikan tanggapan.
6.
Guru dan
siswa bersama-sama mengambil kesimpulan.
2. Student Team-Achievement Divisions (Slavin,
R., 1994)
Langkah-langkah :
- Membentuk kelompok
yang anggotanya = 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi,
jenis kelamin, suku, dll)
- Guru menyajikan
pelajaran
- Guru memberi tugas
kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya
yang sudah mengerti dapat
menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam
kelompok itu mengerti.
- Guru memberi
kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis, siswa tidak boleh saling
membantu.
- Memberi evaluasi
- Mengambil kesimpulan
secara bersama-sama.
3.
Model Tim Ahli – Jigsaw (Aronson, E. & Patnoe, S., 1997)
Langkah-langkah :
- Siswa dikelompokkan
ke dalam 4 tim.
- Tiap orang dalam tim
diberi bagian materi yang berbeda untuk dibahas.
- Anggota dari tim
yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam
kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab yang menjadi
bagia mereka.
- Setelah selesai
diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan
bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka
kuasai, dan anggota lainnya mendengarkan. Bila perlu anggota tim dapat
memberikan pedapat untuk memperjelas materi yang dipelajarinya.
- Tiap tim ahli
mempresentasikan hasil diskusi dari timnya masing-masing.
- Guru bersama siswa
memberi tanggapan dan evaluasi terhadap presen-tasi dari tiap-tiap tim.
- Penutup dengan
mengambil kesimpulan.
4. Model Debate
(Kagan, S., 1998)
Langkah-langkah :
- Guru membagi 2
kelompok peserta debat yang satu kelompok pro dan yang lainnya kelompok kontra.
- Guru memberikan
tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan oleh kedua kelompok
diatas.
- Setelah selesai
membaca materi, Guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk
berbicara. Kemudian kelompok kontra menanggapi apa yag dikatakan oleh
kelompok pro tersebut. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa
bisa mengemukakan pendapatnya.
- Sementara siswa
menyampaikan gagasannya, guru menulis inti/ide-ide dari setiap pembicaraan
sampai mendapatkan sejumlah ide diharapkan.
- Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkap
- Dari data-data yang diungkapkan tersebut, guru mengajak siswa membuat
kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.
5. Model Role
Playing (Kagan, S., 1998)
Langkah-langkah :
- Guru
menyusun/menyiapkan skenario kegiatan yang akan ditampilkan.
- Menunjuk beberapa
siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari sebelum
kegiatan pembelajaran.
- Guru membentuk
kelompok yang anggotanya 5 orang siswa.
- Memberikan
penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai.
- Memanggil para siswa
yang sudah ditunjuk untuk memeragakan skenario yang sudah dipersiapkan.
- Masing-masing siswa
berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang diperagakan.
- Setelah selesai
peragaan, masing-masing siswa diberi lembar kerja untuk membahas peragaan
dari masing-masing kelompok.
- Masing-masing
kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya.
- Guru memberikan
kesimpulan secara umum
- Evaluasi
- Penutup
6.
Model Group Investigation (Sharan,S., 1999)
Langkah-langkah :
- Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen.
- Guru mempersiapkan tugas kelompok.
- Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok.
- Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok diberi tugas yang
berbeda dari kelompok lain.
- Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara
kooperatif untuk mendapatkan suatu
temuan substansi materi.
- Setelah selesai diskusi, juru bicara kelompok menyampaikan hasil
pembahasan kelompok.
- Guru memberikan
penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan.
- Evaluasi
- Penutup
7. Model Talking Stick (Kagan, S., 1998)
Langkah-langkah :
- Guru menyiapkan sebuah tongkat dan pertanyaan-pertanyaan yang
terkait dengan materi yang dipelajari.
- Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian
memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi.
- Setelah selesai membaca materi/buku pelajaran dan mempelajarinya,
siswa menutup bukunya.
- Guru mengambil tongkat dan menggulirkan tongkat kepada siswa dengan
nyanyian. Setelah togkat bergulir, guru menstop nyanyian, dan siswa yang
pada saat itu memegang tongkat berkewajiban menjawab pertanyaan yang
dikemukakan oleh uru. Apabila siswa tertunjuk telah menjawab dengan benar, nyayian
dilanjutkan dan tongkat digulirkan kembali hingga menunjuk siswa yang lain
untuk menjawab pertanyaan guru. Demikian diakukan hingga sebagian besar
siswa tertunjuk untuk menjawab pertanyaan guru. Apabila siswa tertunjuk
tidak mampu menjawab, tongkat digulirkan kembali dengan nyanyian hingga
menunjuk siswa lainnya.
- Guru bersama siswa merangkum seluruh jawaban
siswa dan menyimpulkan substansi pokok materinya.
- Guru menutup pelajaran dengan memberikan
tugas lain untuk siswa.
.8. Model Cooperative
Integrated Reading and Composition
(Steven, R. dan Slavin, R., 1995)
Langkah-langkah :
- Membentuk kelompok
yang anggotanya 4 orang secara
heterogen.
- Guru memberikan
wacana (bisa dari kliping, surat kabar, majalah atau sumber yang lain)
terkait dengan topik pembelajaran.
- Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan
memberi tanggapan terhadap wacana tersebut. Tanggapan
tiap kelom-pok ditulis pada kertas.
- Tiap kelompok
mempresentasikan/membacakan hasil kerja kelompok, sementara itu kelmpok
lain memberikan tanggapan.
- Guru membuat kesimpulan bersama dengan siswa.
- Penutup
9.
Model Inside – Outside Circle (Kagan,
S., 1998)
“Siswa
saling membagi informasi pada saat yang bersamaan, dengan pasangan yang berbeda
dengan singkat dan teratur”
Langkah-langkah :
- Separuh kelas
berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar.
- Separuh kelas
lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama, menghadap ke dalam
- Dua siswa yang
berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua
pasangan dalam waktu yang bersamaan
- Kemudian siswa yang berada di lingkaran kecil diam di tempat,
sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua
langkah searah jarum jam.
- Selanjutnya giliran siswa yang berada di lingkaran besar membagi
informasi. Demikian seterusnya.
- Pertukaran informasi itu akan diterima oleh seluruh siswa, sehigga
seluruh siswa memiliki informasi yang sama.
Catatan:
Informasinya
harus sudah didisain oleh guru, sesuai dengan materi pembelajaran, sehingga
informasi tersebut tidak jauh melenceng dari pokok materi.
2.4 Strategi
Mengimpelementasikan Pembelajran Inovatif
Salah satu faktor yang cukup berperan dalam
peningkatan mutu pendidikan adalah peningkatan kualitas pembelajaran. Langkah
yang dapat dilakukan yakni perbaikan cara mengajar guru dengan menggunakan
metode baru yang inovatif. Adapun strategi mengimplementasi pembelajaran
inovatif sebagai berikut:
1. Kuasai teori pembelajaran
Guru sebagai tenaga pendidik profesional dituntut
memiliki kemampuan dalam menguasai teori pembelajaran. Untuk dapat mencapai
tujuan tersebut hendaknya guru mempelajari beberapa teori pembelajaran yang
dikemukakan oleh para ahli sebelumnya. Penguasaan terhadap beberapa teori
belajar sangat berguna bagi guru dalam membuat perencanaan pembelajaran.
Selanjutnya perencanaan akan direalisasikan dalam kegiatan pembelajaran.
Keberhasilan pembelajaran tidak lepas dari konsep teori belajar yang ada
didalamnya. Konsep belajar inovatif didasarkan pada teori belajar yang
membentuknya dan tentunya sesuai dengan kontek pembelajaran itu sendiri. Dengan
kata lain pembelajaran inovatif dapat dibentuk melalui formulasi dari beberapa
teori belajar.
2. Perkaya
pemahaman pada metode pembelajaran
Penguasaan metode pembelajaran bukan hanya sebatas
saran tetapi hal ini merupakan tugas yang harus dilakukan oleh seorang guru
sebagai tenaga pendidik. Kemampuan tersebut masuk dalam ranah kompetensi
profesional yang harus dimiliki oleh guru. Keberhasilan kegiatan pembelajaran
disekolah salah satunya ditentukan oleh metode pembelajaran atau lebih tepatnya
metode penyampaian materi yang digunakan. Metode penyampaian materi merupakan
kemasan yang dibuat untuk membungkus materi agar lebih mudah dipahami, menarik,
tidak menjenuhkan sehingga tujuan dari pengajaran yang dilakukan dapat
tercapai. Untuk itu guna mengimplementasikan pembelajaran inovatif, seorang
guru harus selalu memperkaya pemahaman pada berbagai metode pembelajaran.
3. Pelajari kembali materi yang akan diajarkan
Sejalan dengan tugasnya sebagai tenaga pendidik
professional, guru harus memiliki kemampuan dalam mengusasi materi pelajaran yang
akan diajarkan kepada peserta didiknya. Kemampuan seamacam ini berkaitan dengan
kompetensi professional yang harus dimiliki oleh guru. Penguasaan materi
pelajaran merupakan modal berharga yang harus dimiliki oleh guru karena guru
disini berperan sebagai sumber belajar. Hal ini dapat disimpulkan bahwa materi
merupakan sebuah ilmu yang akan ditransfer kepada peserta didik. Untuk dapat
mentransfer ilmu dengan baik, materi yang akan diajarkan harus jelas dan mudah
dipahami. Ketidakjelasan atas materi yang akan diajarkan tentunya akan membuat
peserta didik bingung dan sulit untuk memahami materi tersebut. Pada akhirnya
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya tidak akan tercapai. Untuk
itulah pemahaman atas materi yang akan diajarkan menjadi poin yang harus
dipahami dengan baik oleh setiap guru demi terciptanya pembelajaran inovatif.
4. Kenali kondisi kelas dan peserta didiknya
Sebelum mengimpelementasikan pembelajaran inovatif,
guru harus mengenal kondisi kelas dan peserta didiknya. Hal ini menjadi penting
karena setiap peserta didik memiliki keunikan serta karakteristik yang berbeda
antara satu dengan lainnya. Untuk mengetahui kondisi kelas secara umum, seorang
guru harus mengidentifikasi dan mengorganisasikan kelas baik secara kualitatif
maupun secara kuantitatif. Identifikasi dapat dilakukan dengan membuat daftar
hadir kelas, daftar peserta didik, daftar nilai, dan lain sebagainya. Dari
daftar hadir peserta didik, guru dapat mengetahui kehadiran atau tingkat
keaktifan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. Selanjutnya dari daftar
peserta didik, guru dapat mengetahui jumlah peserta didik dilihat dari jenis
kelamin. Sementara dalam daftar nilai, guru dapat mengetahui tingkat kecerdasan
awal yang dimiliki oleh peserta didik. Kegiatan identifikasi tersebut
selanjutnya dianalisa dan diinterpretasikan secara kualitatif dalam catatan
pribadi guru. Singkatnya ketiga contoh identifikasi di atas dapat dijadikan
acuan dalam rangka mengimplementasikan pembelajaran inovatif.
5. Lakukan observasi pada pembelajaran sebelumnya
Dalam konteks ini, kegiatan pengamatan dapat dilakukan
dengan mengamati situasi dan kondisi pengajaran sehingga akan diperoleh
deskripsi tentang kejadian yang muncul selama pembelajaran berlangsung. Guna
mengimplementasikan pembelajaran inovatif, guru harus melakukan kegiatan
observasi harian tentang kondisi pembelajaran. Langkah yang dapat dilakukan
yakni membuat lembar / buku observasi kelas berisikan tentang situasi selama
kegiatan berlangsung dan membuat laporan perkembangan kegiatan pembelajaran.
Data lembar lembar / buku observasi kelas mencakup partisipasi peserta didik
dalam pembelajaran, kebisingan kelas dan perilaku siswa selama pembelajaran.
Sementara dalam laporan perkembangan kegiatan pembelajaran meliputi
perkembangan hasil belajar peserta didik yang didukung dengan hasil ulangan
harian secara secara periodik. Dengan kata lain laporan perkembangan kegiatan
pembelajaran memuat target pencapaian / penguasaan peserta didik pada materi
yang diajarkan oleh guru.
6. Evaluasi pada pembelajaran sebelumnya
Guna mendapatkan pembelajaran yang benar – benar
inovatif, selanjutnya guru harus mengadakan evaluasi secara komprehensif.
Kegiatan evaluasi membahas tentang kelebihan dan kekurangan pembelajaran
sebelumnya. Kedua aspek tersebut meliputi perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran. Apabila ditemukan kelebihan maka guru harus mempertahankannya dan
apabila mendapatkan kekurangan maka guru harus merencanakan perbaikan pada
pembelajaran selanjunya. Kedua aspek penilaian di atas secara adminitratif
ditransformasikan dalam bentuk catatan pribadi guru.
7. Mengadakan perbaikan pada pembelajaran sebelumnya
Setelah mengetahui kelebihan dan kekuarangan pada
pembelajaran sebelumnya, seorang guru diharapkan dapat memperbaikinya guna
mendapatkan pembelajaran yang inovatif. Perbaikan pembelajaran dapat dilakukan
dengan mendopsi pembelajaran sebelumnya dan memunculkan ide–ide baru yang
dianggap dapat memperbaiki pembelajran sebelumnya.
2.5 Kelebihan
dan Kelemahan Pembelajaran Inovatif
Setiap
metode pembelajaran tentu memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga
pembelajaran inovatif.
·
Kelebihan
pembelajaran inovatif sebagai berikut:
– Melatih
siswa untuk mendesain suatu penemuan.
Pembelajaran
inovatif melatih siswa untuk berpikir kreatif sehingga siswa mampu memunculkan
ide-ide baru yang positif. Di dalam pembelajaran ini siswa dapat mengembangkan
kreatifitasnya, sehingga bisa menemukan hal-hal baru di era globalisasi ini.
– Menuntut
kreatifitas guru dalam mengajar.
Dalam
hal ini guru dituntut untuk tidak monoton, maksudnya guru harus memunculkan
inovasi-inovasi baru dalam proses pembelajaran. Kreatifitas guru sangat
diperlukan agar proses pembelajaran tidak membosankan.
– Hubungan
antara siswa dan guru menjadi hubungan yang saling belajar dan saling
membangun.
Guru
dan siswa bersama-sama membangun suasana pembelajaran yang menyenangkan dalam
kelas sehingga apa yang menjadi tujuan dari pembelajaran bias terwujud.
– Merangsang
perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi
dengan tepat.
Pembelajaran
inovatif akan membuat siswa berfikir kritis dalam menghadapi masalah.
– Dapat
membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia
kerja.
Dunia
pendidikan akan lebih berwarna, tidak monoton dan akan terus berkembang menjadi
semakin baik. Hal ini akan mempengaruhi dunia kerja yang nantinya akan dijalani
setiap orang.
– Proses
pembelajaran dirancang, disusun, dan dikondisikan untuk siswa agar belajar
Siswa
harus bisa menempatkan diri dengan baik, siswa tidak boleh hanya diam tapi
harus merusaha memotivasi dirinya sendiri agar berkembang. Pembelajaran
inovatif akan membangkitkan semangat siswa untuk menjadi yang terbaik.
·
Kelemahan
pembelajaran inovatif sebagai berikut :
–
Siswa yang kurang aktif dalam proses belajar akan semakin
tertinggal
Siswa
yang kurang mempunyai semangat dalam belajar dan memiliki kemampuan lemah maka
akan sulit mengikuti pelajaran. Mereka akan pasif dalam menerima pelajaran
disbanding siswa yang aktif.
– Memerlukan
alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang
lain
Pembelajaran
inovatif harus dilakukan secara intensif, dengan menerapkan banyak hal,
penyesuaian konsep dan pasti akan memakan banyak waktu.
– Kurangnya
kreatifitas guru
Masih
banyaknya rasio guru yang mengajar dengan cara lama atau monoton sehingga
menimbulkan suasana kelas yang membosankan. Hal ini akan membuat siswa jenuh
dan tidak tertarik dengan materi yang disampaikan. Padahal dalam proses
pembelajaran kreatifitas guru sangat dibutuhkan. Hal ini akan mendorong siswa
untuk lebih giat lagi dalam belajar.
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Dari
uraian diatas dapat kita simpulkan sebagai berikut :
1. pembelajaran inovatif dapat diartikan sebuah
pembelajaran yang menggunakan strategi/metode baru yang dihasilkan dari
penemuannya sendiri atau menerapkan metode baru yang ditemukan oleh para pakar
dan didesain sedemikian rupa sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang
kondusif.
2. Konsep dasar pembelajaran inovatif adalah Untuk
keperluan perubahan, pada tahap awal para guru memiliki motivasi dan sikap
ingin berubah (Huberman dan Miles, 1984:43), tidak pernah merasa puas, berusaha
bekerja profesional dan sebagainya, sehingga ia mendapatkan sesuatu yang baru,
karena inti dari pengertian inovasi itu sendiri adalah adanya perubahan untuk
menemukan yang baru (Ibrahim, 1998:46).
3.
Model pembelajaran
inovatif bernuansa kontekstual antara lain : Model Numbered Heads Together,
Student Team-Achievement Divisions, Model Tim Ahli – Jigsaw model Debate, Model Role Playing Model Group Investigation,Model Talking
Stick, Model Cooperative Integrated
Reading and Composition,model Inside
– Outside Circle.
4. Strategi dalam pembelajaran inovatif antara lain :
Kuasai teori pembelajaran, Perkaya pemahaman pada metode pembelajaran, Pelajari
kembali materi yang akan diajarkan, Kenali kondisi kelas dan peserta didiknya,
Lakukan observasi pada pembelajaran sebelumnya, Evaluasi pada pembelajaran sebelumnya,
mengadakan perbaikan pada pembelajaran sebelumnya
5. Kelebihan dalam pembelajaran inovatif adalah Melatih siswa untuk mendesain suatu
penemuan,Menuntut kreatifitas guru dalam mengajar, hubungan antara siswa dan
guru menjadi hubungan yang saling belajar dan saling membangun,merangsang
perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi
dengan tepat, Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan,
khususnya dunia kerja, Proses pembelajaran dirancang, disusun, dan dikondisikan
untuk siswa agar belajar. Sedangkaan kelemahan pembelajaran inovatif adalah Siswa
yang kurang aktif dalam proses belajar akan semakin tertinggal, Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang
dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain,dan Kurangnya kreatifitas guru.
DAFTAR PUSTAKA
Arend, Richardl.
1997. Classroom Instruksional Management. New York: The Mc
Graw-Hill Company.
Ismail. 2003. Model-Model
Pembelajaran. Jakarta: Dit. Pendidikan Lanjutan Pertama.
Lie, Anita.
2004. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.
Kasdi,S. Dan Nur, M.
2000. Pengajaran Langsung. Surabaya: University Press.
Trianto. 2007. Model-model
Pembelajaran Inovatif Berorientasikan Konstruktivistik. Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher.
Comments
Post a Comment